Sabtu, 31 Desember 2016

RIWAYAT LEMAH TAAT PENGUASA YANG MEMUKUL DAN MENGAMBIL HARTA


LEMAHNYA RIWAYAT ABU SALAM DARI HUDZAIFAH.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
« يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ ». قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ « تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ ».
“Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku dan tidak pula melaksanakan sunnahku. Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia. “
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?”
Beliau bersabda, ”Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka memukul punggungmu dan mengambil hartamu, maka dengar dan ta’atlah.”
(HR. Muslim no. 1847)
Muslim meriwayatkan hadits ini dari jalur muawiyah bin salam, berkata, "telah menceritakan kepadaku Zaid bin Salam dari Abu salam dari Hudzaifah"
Hadist ini lemah secara sanad dan matan.
KELEMAHAN DARI SISI SANADNYA YANG MURSAL ATAU TERPUTUS.
Para ulama hadits mutaqoddimin menilai hadits ini Mursal (gugur perawinya atau terputus sanadnya).
AdDaruquthni رحمه الله berkata,
"أبو سلام لم يسمع من حذيفة، ولا من نظرائه الذين نزلوا العراق، لأن حذيفة توفي بعد قتل عثمان، رضي الله عنه، بليال".
"Abu salam tidak mendengar hadits dari hudzaifah dan juga dari orang yang semisalnya yang tinggal di Iraq dikarenakan Hudzaifah wafat beberapa malam setelah terbunuhnya Usman رضي الله عنه"
(Al Ilzaamaat wa AtTattabu', hal.182)
Ibnu Hajar رحمه الله berkata,
وقال ابن حجر في (تهذيب التهذيب 10/296): "أرسل عن حذيفة وأبي ذر وغيرهما".
"(Abu salam) memursalkan hadits dari Hudzaifah dan Abu dzar dan juga selain keduanya"
(Tahdzib AtTahdzib, juz.10/296)
Ad Dzahabi رحمه الله berkata,
"حدث عن: حذيفة، وثوبان، وعلي، وأبي ذر، وعمرو بن عبسة، وكثير من ذلك مراسيل، كعادة الشاميين يرسلون عن الكبار".
"(Abu salam) menceritakan dari Hudzaifah, Tsauban, Ali, Abu Dzar, Amr bin Absah dan banyak dari hal itu secara mursal seperti kebiasaan (perawi) dari Syam yang suka memursalkan hadits dari para pembesar-pembesar(shahabat)".
(Siyar 'Alaam An Nubalaa, jus.4/355)
KELEMAHAN DARI SEGI MAKNA ATAU MATAN
Hadits ini bertentangan dengan riwayat shohih perbuatan shahabat Abdullah bin Ash, takala Amir madinah ingin mengambil sebidang tanahnya untuk keperluan pemerintahan maka Abdullah bin Ash bersama orang-orangnya membawa senjata untuk berperang dan berkata,
"Aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata,
من قتل دون ماله فهو شهيد
"Barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka dia syahid"
(HR.Bukhori no.2348, Nasaai no.3547/3548, Abu daud no.4771)
Syaikh Muqbil Al Wadi رحمه الله berkata,
" وفي حديث حذيفة هذا زيادة ليست في حديث حذيفة المتفق عليه وهي قوله وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك! فهذه الزيادة ضعيفة لأنها من هذه الطريق المنقطعة".
"Dan didalam hadits Hudzaifah ini ada tambahan yang bukan terdapat dalam riwayat hadits hudzaifah yang disepakati(maknanya), yaitu perkataan,
" walaupun mereka memukul punggungmu dan mengambil hartamu"!, maka tambahan ini lemah dikarenakan diriwayatkan dari jalur yang terputus ini".
(Fi Tahqiiqihi 'ala Al Ilzaamaat wa At Tattabu' hal.182)
Tambahan:
jika seandainya hadits ini di anggap shohih maka maknanya bukanlah perintah untuk mentaati pemimpin yang berhukum dengan hukum Thogut,
karena tidak satupun Salafussholih yang memahami bahwa pemimpin yang zholim yang tidak mengambil sunnah dan petunjuk bermakna pemimpin yang berhukum thogut!!
Karena jelas dalam dalil yang Muhkam dan jelas bahwa kita dilarang mendekati Thogut, lalu bagaimana mungkin kita bisa taat dengan pemimpin berhukum Thogut?
Dan riwayat inipun bertentangan dengan jalur shohih dari muslim yang menjelaskan ketaatan kepada pemimpin zholim selama mereka berhukum dengan AlQuran dan Sunnah.
Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:
إن أُمِّر عليكم عبدٌ مجدَّع يقودكم بكتاب الله تعالى فاسمعوا له وأطيعوا
"Jika kalian dipimpin oleh budak Habasyi yang lumpuh yang dia memimpin kalian dengan kitabullah maka tetap dengarlah dan taatilah dia"
(HR.Muslim/kitab Imaroh no.1838)
dalam lafadz lain
"ما أقادكم بكتاب الله
"Selama mereka memimpin kalian dengan kitabullah"
Maka syarat dari pemimpin yang ditaati adalah pemimpin muslim yang berhukum dengan Kitabullah bukan dengan hukum thogut.
Karena pemimpin yang fajir dan ahli maksiat yang berhukum dengan kitabullah, maka kepemimpinannya dengan AlQuran dan Sunnah adalah untuk kemashlahatan kaum muslimin sedangkan kemaksiatannya untuk dia sendiri.

Kamis, 22 Desember 2016

POSISI IMAM SETELAH SHALAT?


POSISI IMAM SETELAH SHALAT?
Imam menghadapkan makmum setelah salam dan diam sebentar sebelum berbalik menghadap makmum dengan sedikit menghadap ke sebelah kanan
Dari Samurah bin Jundab رضي الله عنه berkata
«كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا صلَّى أقبل علينا بوجهه»
"Nabi صلى الله عليه وسلم apabila selesai shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada kami"
(HR.Bukhori, 845, Muslim, 2275)
Berkata Syaikh Abu Malik حفظه الله تعالى,
ويستحب أن يكون في استقباله لهم إلى جهة يمينه أقرب، فعن البراء قال:
"Di sunnahkan menghadapnya imam kepada mereka(makmum) ke arah kanan sedikit berdasar (riwayat) dari Baraa رضي الله عنه berkata,
«كنا إذا صلينا خلف رسول الله صلى الله عليه وسلم أحببنا أن نكون عن يمينه، يقبل علينا بوجهه ... الحديث»
"Kami jika shalat dibelakang Rasulullah صلى الله عليه وسلم kami suka untuk berada bagian sebelah kanan beliau karena beliau menghadap kepada kami wajahnya..."
(HR.Muslim, 709, Abu Daud, 615)
Catatan: "disunnahkan untuk berdiam sebentar sebelum menghadap makmum.
Berdasarkan hadits dari Ummi salamah رضي الله عنها
«أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يمكث في مكانه يسيرًا ...»
"Bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bahwa nabi berdiam sebentar ditempatnya(shalat)..."
(HR.Bukhori, 849, Abu daud, 1040, An Nasaai 3/67, Ibnu majah, 932)
Sumber:  Shohih fiqih sunnah/maa yaf'alu ba'da inqhidhoi aas sholah/Abu malik)

Selasa, 20 Desember 2016

NEGARA ISLAM MENURUT JUMHUR ULAMA


NEGARA ISLAM MENURUT PARA ULAMA.
Ibnu Qoyyim Al Jauzi رحمه الله تعالى berkata,
" قال الجمهور ، دار الإسلام في التي نزل بها المسلمون وجرت بها أحكام الإسلام ، وما لم تجر عليه أحكام الإسلام لم يكن دار إسلام وإن لاصقها ، فهذه الطائف قريبة إلى مكة جداً ولن تصر دار إسلام بفتح مكة " .
” Mayoritas ulama mengatakan bahwa Daarul Islam adalah negara yang dikuasai oleh umat Islam dan hukum-hukum Islam diberlakukan di negeri tersebut. Bila hukum-hukum Islam tidak diberlakukan, negara tersebut bukanlah Daarul Islam, sekalipun negara tersebut berdampingan dengan sebuah Daarul Islam. Contohnya adalah Thaif, sekalipun letaknya sangat dekat dengan Makkah, namun dengan terjadinya fathu Makkah ; Thaif tidak berubah menjadi Daarul Islam.”
[Ahkamu Ahli Dzimmah 1/366, Ibnu Qayyim, cet. Daarul Ilmi lil malayiin, 1983 M].
Imam Sarkhosi Al Hanafi رحمه الله berkata
" الدار تصير دار المسلمين بإجراء أحكام الإسلام " .
"Suatu negara berubah menjadi negara kaum muslimin dengan dipraktekkannnya hukum-hukum Islam."
[As Siyar Al Kabiir, 5/2197]
Al qhodi Abu Ya'la Al Hanbali رحمه الله تعالى berkata,
" كل دار كانت الغلبة فيها لأحكام الكفر دون أحكام الإسلام فهي دار كفر" .
"Setiap Negara yang hukum dominannya adalah hukum-hukum Kafir dan bukan hukum-hukum Islam maka itu adalah Daarul Kufr (Negara Kafir)."
[Al Mu'tamad fi Ushul Ad dien hal. 276, Daruul Masyriq, Beirut, 1974]
Ibnu Muflih Al Hanbali رحمه الله تعالى berkata,
" فكل دار غلب عليها أحكام المسلمين فدار الإسلام، وإن غلب عليها أحكام الكفار فدار الكفر ولا دار لغيرهما " .
"Setiap negri yang menguasai padanya hukum-hukum kaum muslimin maka itu adalah darul islam dan jika yang menguasainya adalah hukum-hukum kafir maka itu adalah Daarul kufr dan tidak ada Daar(Negara) selain keduanya."
[Al Aadaab As Syar'iyah wa Al Minah Al Mar'iyah hal.124]
Imam Ibnu Hazm رحمه الله تعالى berkata,
" لأن الدار إنما تنسب للغالب عليها والحاكم والمالك لها...".
” Karena sebuah negara dinisbahkan kepada pihak yang mendominasi, menguasai dan memiliki negara tersebut.”
[Al Muhalla 11/200].
Imam As Sarkhasi Al hanafi رحمه الله berkata,
" عند أبي حنيفة رحمه الله تعالى إنما تصير دارهم دار الحرب بثلاث شرائط : أحدها : أن تكون متاخمة أرض الترك ليس بينها وبين أرض الحرب دار للمسلمين ، والثاني : أن لا يبقى فيها مسلم آمن بإيمانه ، ولا ذمي آمن بأمانه ، والثالث : أن يظهروا أحكام الشرك فيها ، وعن أبي يوسف ومحمد رحمهما الله تعالى إذا أظهروا أحكام الشرك فيها فقد صارت دارهم دار حرب ; لأن البقعة إنما تنسب إلينا أو إليهم باعتبار القوة والغلبة ، فكل موضع ظهر فيه حكم الشرك فالقوة في ذلك الموضع للمشركين فكانت دار حرب ، وكل موضع كان الظاهر فيه حكم الإسلام فالقوة فيه للمسلمين..." .
" Menurut Abu Hanifah rahimahullah, sebuah negara berubah menjadi Daarul harbi dengan terpenuhinya tiga syarat, yaitu Pertama. Negara tersebut berbatasan langsung dengan Daarul kufri. Antara negara tersebut dengan Daarul harbi tidak diselingi oleh sebuah negara kaum muslimin. Kedua. Di negara tersebut tidak ada lagi orang Islam yang hidup aman dengan jaminan keimanan atau orang kafir dzimmi yang hidup aman dengan jaminan dzimmah. Ketiga. Penduduknya memberlakukan hukum-hukum syirik di negara tersebut. Menurut pendapat Abu Yusuf dan Muhammad (bin Hasan) rahimahumallah, jika penduduknya memberlakukan hukum-hukum syirik di negara tersebut, negara tersebut telah berubah menjadi Daarul harbi. Karena sebuah wilayah itu dinisbahkan kepada kita (umat Islam) atau kepada mereka (kaum kafir) berdasar faktor kekuatan dan dominasi. Setiap wilayah dimana hukum syirik mendominasi, maka kekuatan di wilayah tersebut berada di tangan orang-orang musyrik, sehingga otomatis negara tersebut merupakan Daarul harbi. Sebaliknya, setiap wilayah di mana yang berlaku adalah hukum-hukum Islam, kekuatan akan berada di tangan kaum muslimin.”
[Al Mabsuth, 10/114, As Sarkhasi, cet. Daarul ma’rifah].
Imam 'Al Kasani رحمه الله تعالى menyebutkan alasan kedua murid senior Abu Hanifah,
" إن كل دار مضافة إما إلى الإسلام وإما الكفر ، وإنما تضاف الدار إلى الإسلام إذا طبقت فيها أحكامه، كما الجنة دار السلام والنار دار البوار، لوجود السلامة في الجنة والبوار في النار، ولأن ظهور الإسل
ام أو الكفر بظهور أحكامها " .
” Sesungguhnya setiap negara itu dinisbahkan kepada Islam atau kekafiran. Sebuah negara hanya dinisbahkan kepada Islam jika hukum-hukum yang diberlakukan di negara tersebut adalah hukum-hukum Islam. Sebaliknya, sebuah negara dinisbahkan kepada kekafiran manakala hukum-hukum yang diberlakukan di negara tersebut adalah hukum-hukum kafir. Sebagaimana anda menyebut surga dengan istilah daarus salam, dan neraka dengan istilah Daarul Bawar, karena di surga ada salam (keselamatan) dan di neraka ada bawar (kesengsaraan). (Alasan lainnya adalah) juga karena Islam atau kekafiran itu mendominasi manakala hukum-hukum Islam atau hukum-hukum kekafiran mendominasi.”
[Bada-i’u Shanai’ 9/4375].
Al Alamah Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh رحمه الله تعالى  ditanya tentang hukum suatu Negara dan dan wajibkah hijrah dinegri-negri kaum muslimin yang dihukumi dengan undang-undang positif?
Beliau menjawab,
" البلد التي يحكم فيها بالقانون؛ ليست بلد إسلام، تجب الهجرة منها.
وكذلك إذا ظهرت الوثنية من غير نكير ولا غيرت؛ فتجب الهجرة.
فالكفر؛ بفشو الكفر وظهوره، هذه بلد كفر.
أما إذا كان قد يحكم فيها بعض الأفراد، أو وجود كفريات قليلة لا تظهر؛ فهي بلد إسلام. "
“Negeri yang dihukumi dengan Undang undang positif bukanlah negeri Islam dan wajib hijrah darinya. Demikian pula jika berhala-berhala nampak tanpa diingkari dan dirubah maka wajiblah hijrah. Kekufuran itu adalah dengan tersebarnya kekufuran, maka negeri ini sebagai negeri kafir”.
[fatawa dan risalah Syaikh Muhammad bin Ibrahim Ali Syaikh, dihimpun oleh Muhammad bin Abdurrahman bin Qasim cetakan 1399H Makkah Mukaramah juz 6/188]
Dan masih banyak yang lainnya dari kalangan ulama-ulama AlMu'tabar.

Minggu, 18 Desember 2016

TUJUAN JIHAD FI SABILILLAH


Jihad itu bukan tujuan
Hanya washilah.
Maka selama islam bisa jaya dengan tanpa jihad dan agama lain tunduk dgn islam maka tidak perlu jihad
Dan Berkuasanya islam ditempuh dgn dakwah dan jihad.
Jika dakwah tidak mampu maka cara ke 2
Adapun tujuan jihad adalah:
1- agar agama islam berkuasa.
Firman Allah Ta'alaa
( هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ )
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.
(At Taubah: 33)
Berkata Syaikh Abdurrahman As sa'di رحمه الله تعالى:
‏ أي‏:‏ ليعليه على سائر الأديان، بالحجة والبرهان، والسيف والسنان، وإن كره المشركون ذلك،..
"maksudnya adalah agar dia meninggikan agama Allah(islam) diatas semua agama yang lain dengan hujjah dan burhan(Dakwah) dan dengan pedang dan anak panah(jihad)."
2- menjaga kaum muslimin dari fitnah agama terutama fitnah aqidah syirik.
Firman Allah Ta'ala.
( وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ ۚ..
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah..."
(Al Anfaal: 39)
Berkata Syaikh as sa'di رحمه الله tentang ayat ini
Firman Allah:
‏{‏وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لا تَكُونَ فِتْنَةٌ‏}
"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah"
‏ أي‏:‏ شرك وصد عن سبيل اللّه، ويذعنوا لأحكام الإسلام،
Maksudnya(sampai tidak ada) kesyirikan dan penghalangan dari jalan Allah dan (sampai) mereka tunduk dengan hukum-hukum islam"
‏{‏وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ‏}‏
"dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah"
فهذا المقصود من القتال والجهاد لأعداء الدين، أن يدفع شرهم عن الدين، وأن يذب عن دين اللّه الذي خلق الخلق له، حتى يكون هو العالي على سائر الأديان‏.‏ ‏
"Maka ini adalah tujuan dari perang dan menjihadi musuh-musuh dien(islam) yaitu untuk menolak kejahatan mereka terhadap agama(islam) dan untuk melindungi agama Allah yang karenanya Allah menciptakan makhluq sehingga islam menjadi tinggi diatas semua agama-agama"
(Tafsir As sa'di/ Al anfaal: 39)
3- melindungi dan menolong orang-orang lemah.
Firman Allah Ta'alaa
(وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا)
"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!".
[ An-Nisa' 75]
Berkata As Sa'di رحمه الله تعالى tentang ayat ini.
، فصار جهادكم على هذا الوجه من باب القتال والذب عن عيلاتكم وأولادكم ومحارمكم،
"Maka jadilah jihad kalian dengan bentuk seperti ini adalah bentuk perang dan juga perlindungan terhadap keluarga kalian, anak-anak kalian dan mahram-mahram kalian"
(Tafsir as sa'di/ An Nisaa: 75)
4- menyaring orang beriman dengan orang munafiq.
Firman Allah Ta'ala:
(وَمَا أَصَابَكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ فَبِإِذْنِ اللَّهِ وَلِيَعْلَمَ الْمُؤْمِنِينَ * وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نَافَقُوا ۚ ..
Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman.
Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik...".
[Surat Aal-E-Imran 166 - 167]
Berkata Syaikh As Sa'di رحمه الله تعالى tentang tafsir ayat ini.
وأنه ليتبين بذلك المؤمن من المنافق
"..Bahwasanya agar menjadi jelas dengan  (jihad) itu akan orang beriman dan orang munafiq"
Dll.
Insyaa Allah bersambung.

Sabtu, 17 Desember 2016

MATI SYAHID LEBIH MULIA DARI SEMUA KEMATIAN


Ibnu Qoyyim Jauzi رحمه الله تعالى berkata:
ومن المعلوم أن الخلق كلهم يموتون وغاية هذا المؤمن أن يستشهد في الله وتلك أشرف الموتات وأسهلها فإنه لا يجد الشهيد من الألم إلا مثل ألم القرصة،  فليس في قتل شهيد مصيبة زائدة على ماهو معتاد لبني آدم فمن عد مصيبة هذا القتل أعظم من مصيبة الموت على الفراش فهو جاهل،  بل موت الشهيد من أيسر الميتات وأفضلها وأعلاها ، ولكن الفار يظن أنه بفراره يطول عمره،  فيتمتع بالعيش،  وقد أكذب الله سبحان اهذا الظن،  حيث يقول:
(قُلْ لَنْ يَنْفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِنْ فَرَرْتُمْ مِنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَإِذًا لَا تُمَتَّعُونَ إِلَّا قَلِيلًا)
[Surat Al-Ahzab 16]
فأخبر الله أن الفرار من الموت بالشهادة لاينفع فلا فائدة فيه وأنه لو نفع لم ينفع إلا قليلا إذ لا بد له من الموت فيفوته بهذا القليل ما هو خير منه وأنفع:  من حياة الشهيد عند ربه.
"Sudah hal yang maklum bahwasanya semua makhluk pasti akan mati dan cita-cita tertinggi seorang mukmin adalah mati syahid dijalan Allah, dan itu merupakan kematian yang paling mulia dan paling mudah, karena orang yang mati syahid tidaklah merasakan sakit kecuali seperti sakitnya cubitan, dan tidaklah terbunuhnya orang yang syahid menjadi musibah yang melebihi musibah yang biasa menimpa anak Adam, dan barangsiapa yang menganggap musibah terbunuh(syahid) ini sebagai (musibah) yang lebih besar dari musibah mati diatas kasur maka dia BODOH, bahkan mati syahid adalah kematian yang paling mudah, paling utama dan paling tinggi,
akan tetapi orang yang lari(dari jihad) menyangka bahwa dengan larinya bisa memanjangkan umurnya dan bisa bersenang-senang dengan kehidupan(Dunia), maka sungguh Allah سبحانه mendustakan sangkaan ini dengan firmannya:
"Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja".
(Al Ahdzaab: 16)
Maka Allah mengabarkan bahwa lari dari kematian untuk mendapatkan syahid tidaklah bermanfaat dan tidak berguna dan jikalau bermanfaat maka tidak ada manfaat kecuali sedikit, yang dimana diapun pasti akan mati juga, dan dia luput karena hal yang sedikit ini dengan apa-apa yang lebih baik dan lebih bermanfaat : (yaitu) dari kehidupan Syahid disisi Rabbnya"
(Ighotsatullahfan min mashoyidissyaithon/ Ibnu Qoyyim Al Jauziah/Darul hadits.Hal: 494)

Selasa, 13 Desember 2016

MENDAHULUKAN YANG LEBIH MASLAHAT


Kaidah ushul
Berkata Syaikh AbdurRahman as sa'di رحمه الله.
فإن تزاحم عدد المصالح  ....  يقدم الأعلى من المصالح.
"Jika berbenturan beberapa maslahat.....maka didahului maslahat yang paling tinggi"
فإن كانت إحدى المصلحتين واجبة والأخرى سنة قدم الواجب على السنة
"Jika ada dua mashlahat yang satu wajib dan yang lainnya sunnah maka dahulukan yang wajib diatas yang sunnah"
(Tambahan pent: Berdasarkan hadits qudsi perkataan Allah Ta'alaa:
ما تقرب إلي عبدي بشيئ أحب إلي مما افترضته عليه"
"Tidak sesuatu apapun yang mendekatkan bagi seorang hamba kepadaku yang lebih aku sukai (melebihi) dari perkara-perkara yang aku wajibkan kepadanya"(HR.Bukhori.6502)".)
(Syarah manzhumah qowa'id fiqhiyah/ As sa'di)
Berkata Syaikh alBassam رحمه الله تعالى
ففي العبادات تقدم الواجبات على المستحبات والامتثال تقدم طاعة الله على كل أحد ثم طاعة الوالدين على من سواهما وهكذا الأقرب فالأقراب في البر والإحسان
"Dalam perkara ibadah maka dahulukanlah perkara-perkara wajib diatas yang perkara-perkara  sunnah dan dalam ketaatan maka didahului ketaatan kepada Allah diatas ketaatan kepada siapapun kemudian ketaatan kepada kedua orang tua dalam perkara ma'ruf diatas ketaatan kepada selain keduanya.
Dan seperti ini pula berbuat baik dan ihsan maka terhadap yang lebih dekat dari kerabat.
(Taudihul ahkam/Al Bassam).
Berkata Syaikh sholih utsaimin رحمه الله تعالى dalam syarah mandzumah ushululfiqh wa qowa'iduh.hal 144.
"Dan kaidah ini telah telah dijelaskan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam sabdanya ketika seseorang bertanya kepadanya, "siapakah manusia yang paling berhak untuk diperlakukan dengan baik?"
Beliau menjawab, "ibumu kemudian ibumu kemudian ibumu" kemudian berkata yang ke empat "ayahmu"(Muttaffaq 'alaihi).

Rabu, 07 Desember 2016

KISAH WALA DAN BARAA

 .

Para salaf umat ini adalah orang-orang yang berlepas diri, benci dan memusuhi terhadap ahli kufr dan syirk.
berikut adalah beberapa kisah tentang wala dan baraa mereka terhadap orang-orang kafir.

1- kisah zaid bin datsanah رضي الله عنهseorang budak yang dibeli oleh Sufyan bin umayah, beberapa orang Quraisy membawanya ke tan'im untuk membunuhnya, Abu sufyan bin Harb bertanya kepadanya:
 أنشدك الله يا زيد أتحب محمداً عندنا الآن في مكانك نضرب عنقه وأنك في أهلك ؟
" demi Allah wahai Zaid, apakah kau mau jika seandainya Muhammad sekarang bersama kita dan menggantikan tempatmu dan kami bisa menebas lehernya lau engkau bisa kembali ke keluargamu?"
Zaid menjawab : "Demi Allah aku tidak ingin Muhammad ditempat yang terdapat padanya duri sehingga duri itu menyakitinya sedangkan aku duduk-duduk dikeluargaku"
maka abu Sufyan berkata :
ما رأيت من الناس أحداً يحب أحداً كحب أصحاب محمد محمداً.
"aku tidak mendapati seseorang mencintai seorang yang lain melebihi kecintaan para shahabat Muhammad" kemudian merekapun membunuh Zaid.
perhatikan Walaa dan Baraa Zaid!! dia tidak menginginkan seandainya ada duri menimpah Nabi Muhammad Saw apalagi dengan sesuatu yang lebih dari itu.(lihat Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam.4/125)

2- Kisah Abu Bakar AnNabulsi رحمه الله تعالى seorang yang zuhud, imam hadits dan Fiqih, ketika beliau ditangkap dan seorang pemimpin dari Bani Ubaid(yang beraqidah Bathiniyah) bertanya kepadanya.
بلغنا أنك قلت : إذا كان مع الرجل عشرة أسهم وجب أن يرمي في الروم سهماً وفينا تسعة
"telah sampai kepada kami, bahwa kamu mengatakan, "jika seseorang memiliki sepuluh anak panah maka wajib baginya untuk melemparkan sembilan anak panah itu kepada kami dan satunya kepada Ruum"
Berkata AlImaam AnNabulsi :
 بل قلت إذا كان معه عشرة أسهم وجب أن يرميكم بتسعة وأن يرمي العاشر فيكم أيضاً فإنكم غيرتم الملة وقتلتم الصالحين وادعيتم نور الإلهية .
"aku tidak mengatakan seperti ini akan tetapi aku katakan, "jika seseorang ada 10 anak panah maka wajib untuk melempar 9 anak panah untuk kalian dan melempar yang ke 10 kepada kalian juga karena kalilan telah merubah agama dan membunuh orang-orang sholih dan mengklaim cahaya ilahiyah"
kemudian beliau di salib dan dikuliti dari kepalanya dan beliau tetap sabar dengan terus membaca satu ayat:
{ كَانَ ذَلَكَ فِي الكِتَابِ مَسْطُوراً }
"dan hal itu telah ditulis didalam kitab (lauh alMahfudz)".
sampai ketika menguliti kulitnya sampai kepada dadanya maka algojo itu menusuk dadanya karena kasihan kepadanya.(lihat di Siyar "alam Nubala/AdDzahabi 16/ 148-150)

3-Seorang Shahabat Abu Ubaidah al jarrah رضي الله عنه yang membunuh ayahnya diperang Uhud (ada yang mengatakan perang Badr) dimana Abu ubaidah berusaha mencari-cari ayahnya sehingga dia membunuh ayahnya. dan ibnu mas'ud mengatakan bahwa Firman Allah Surat AlMujadalah ayat 22 :
 لا تجد قوماً يؤمنون بالله واليوم الآخر يوآدون من حاد الله ورسوله ولو كانوا آباءهم أو أبناءهم أو إخوانهم أو عشيرتهم ..)
  beliau mengatakan :
 نزلت في أبي عبيدة بن الجراح - رضي الله عنه - قتل أباه عبد الله بن الجراح
" ayat ini turun tentang Abu Ubaidah bin al jarrah رضي الله عنه yang membunuh ayahnya pada perang Uhud".
(lihat AlJami' LiAhkamilQuran/ AlQurtubi, 9/275-276

berkata syaikh bin baz رحمه الله تعالى:
فقد نشرت بعض الصحف المحليةِ تصريحاً لبعض الناس قال فيه ما نصه " إننا لا نكن العداء لليهود واليهودية وإننا نحترم جميع الأديان السماوية " .. ولما كان هذا الكلامُ في شأن اليهود واليهوديةِ يخالف صريحَ الكتاب العزيز والسنةِ المطهرة ويخالف العقيدةَ الإسلامية وهو صريح ُيخشى أن يغتر به بعض الناس رأيت التنبيهَ على ما جاء به من الخطأ نُصحاً لله ولعباده .. قد دل الكتابُ والسنةُ وإجماع المسلمين على أنه يجب على المسلمين أن يُعادوا الكافرين من اليهود والنصارى وسائر المشركين وأن يحذروا مودتَهم واتخاذَهم أولياء

"sungguh telah tersebar dikoran lokal ungkapan sebagian orang dan disebutkan padanya "Bahwa kami tidak akan memusuhi Yahudi dan Orang Yahudi dan bahwa kami menghormari seluruh agama-agama samawiyah"..dan perkataan ini tentang Yahudi dan orang Yahudi adalah menyelisihi AlQuran yang mulia dan Sunnah yang suci dan juga menyelisihi Aqidah Islam dan hal ini jelas dikhawatirkan sebagian orang(kaum muslimin) tertipu dengannya maka aku ingin memperingati atas kesalahan yang datang ini dalam rangkan menasehati karena Allah kepada hamba-hambanya..sungguh AlQuran dan Sunnah dan Ijma' kaum muslimin telah menunjukkan akan wajibnya bagi kaum muslimin untuk memusuhi orang-orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nasrani dan seluruh orang-orang musyrik dan agar mereka menjauhi dari berkasih sayang dan menjadikan mereka sebagai auliyaa" (Majmu' AlFatawa Mutanawwi' lls syaikh abdul Aziz bin baz, 2/173)


BOLEHKAH MELAKNAT SEORANG KAFIR??


Melaknat orang kafir dengan ta'yin saja terlarang bagaimana pula kita melaknat dengan ta'yin yaitu melaknat seseorang atau kelompok tertentu?
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَلَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ
“Pelaknatan terhadap seorang mukmin seperti membunuhnya”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6105 & 6653 dan Muslim no. 110].
Di antara dalil larangan untuk melaknat:
Hadist dari Abdullah bin Umar
أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ مِنَ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِنَ الْفَجْرِ، يَقُولُ: " اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا وَفُلَانًا، بَعْدَ مَا يَقُولُ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ "، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ إِلَى قَوْلِهِ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ
bahwasannya ia mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau mengangkat kepalanya dari rukuk yang terakhir shalat Shubuh, beliau berdoa : “Ya Allah, laknatlah Fulaan, Fulaan, dan Fulaan” – yaitu setelah beliau mengucapkan : “Sami’allaahu li-man hamidah, rabbanaa wa lakal-hamd”. Lalu Allah menurunkan ayat : ‘Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang dhalim’ (QS. Aali ‘Imraan : 128)”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 4070].
Berkata Syaikhul islam ibnu Taimiyah:
" واللعنة تجوز مطلقا لمن لعنه الله ورسوله ، وأما لعنة المعين فإن علم أنه مات كافرا جازت لعنته ، وأما الفاسق المعين فلا تنبغي لعنته لنهي النبي صلى الله عليه وسلم أن يلعن عبد الله بن حمار الذي كان يشرب الخمر ، مع أنه قد لعن شارب الخمر عموما..
"Boleh melaknat secara mutlaq(umum) bagi orang yang dilaknat Allah dan rasulnya dan adapun melaknat dengan ta'yin(menentukan/menunjuk) maka jika diketahui orang itu mati dalam keadaan kafir maka boleh melaknatnya, adapun terhadap orang fasiq tertentu maka tidak pantas untuk melaknatnya karena Nabi صلى الله عليه وسلم melarang untuk melaknat Abdullah bin himar yang yang meminum khamer padahal Nabi melaknat peminum khamer secara umum..."
(Majmu' AlFatawa, 6/511)
Berkata Syaikh Sholih Utsaimin:
" الفرق بين لعن المعين ولعن أهل المعاصي على سبيل العموم ؛ فالأول (لعن المعين) ممنوع ، والثاني (لعن أهل المعاصي على سبيل العموم) جائز ، فإذا رأيت محدثا ، فلا تقل- لعنك الله ، بل قل : لعنة الله على من آوى محدثا ، على سبيل العموم ، والدليل على ذلك أن النبي صلى الله عليه وسلم لما صار يلعن أناسا من المشركين من أهل الجاهلية بقوله : (اللهم ! العن فلانا وفلانا وفلانا ) نهي عن ذلك بقوله تعالى : ( ليس لك من الأمر شيء أو يتوب عليهم أو يعذبهم فإنهم ظالمون ) رواه البخاري"
"Perbedaan antara melaknat dengan ta'yin(menunjuk) dan melaknat secara umum terhadap ahli maksiat,
maka melaknat secara ta'yin ini dilarang adapun yang kedua (secara umum) itu boleh.
Jika engkau melihat bid'ah (pada seseorang) maka jangan katakan "semoga Allah melaknatmu(atau melaknat sifulan)", akan tetapi katakanlah "semoga Allah melaknat orang yang melakukan bid'ah" dalam bentuk umum.
Dan dalil dari hal tersebut bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم ketika beliau melaknat beberapa orang dari orang-orang musyrik jahiliyyah dengan ucapannya "Ya Allah laknatlah fulan dan fulan dan fulan" maka (Allah Ta'alaa) melarang hal tersebut dengan firmannya:
" Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim".[HR.Bukhori]
(Qoul Mufid/Syaikh sholih utsaimin, 1/226).

Allah Ta'alaa berfirman
( يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ )
Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".
(QS.Shaff:  8)
Berkata Syaikh Abdurahman AsSa'di رحمه الله تعالى
{ أي: بما يصدر منهم من المقالات الفاسدة، التي يردون بها الحق، وهي لا حقيقة لها، بل تزيد البصير معرفة بما هم عليه من الباطل،
"Maksudnya (mereka ingin memadamkan cahaya Allah) dengan maqalah-maqalah(perkataan/artikel-artikel) yang merusak yang dengan hal ini mereka bisa membantah haq, padahal maqalah-maqalah itu tidaklah benar bahkan menambah kejelasan terhadap kebatilan yang ada pada mereka".
(Tafsir asSa'di)

Selasa, 06 Desember 2016

BACAAN ALFATIHAH MAKMUM DIBELAKANG IMAM


BACAAN ALFATIHAH MAKMUM DIBELAKANG IMAM?
Dalam hal ini ada 3 pendapat:
1- Makmum tidak perlu membaca baik imam jahr atau sirr.
Ini adalah pendapat Abu hanifah dan murid-muridnya kecuali Muhammad bin hasan.
2- Makmum hanya boleh membaca pada saat imam membaca sirr.
Ini adalah pendapat AdZuhri, Malik, dan AsSyafi'i dalam qoul qodimnya, ibnu AlMubarak dan Ahmad bin hanbal dan Ibnu Taimiyah.
3- Makmum wajib membaca ketika imam jahr dan sirr.
Ini adalah pendapat imam syafii dalam qoul jadid dan ibnu hazm dan telah memilihnya AsSyaukani dan Syaikh Utsaimin.
Dan pendapat ketiga adalah yang lebih kuat dengan hujjah berikut:
1- Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب
"Tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca surat alFatihah"(Muttaffaq 'Alaihi)
2- Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم dari Abu Hurairah:
من صلى صلاة لم يقرأ فيها بأم القران فهي خداج-ثلاثا- غير تامام" فقيل لأبي هريرة: إنا نكون وراء الامام؟ فقال اقرأ بها في نفسك..."
"Barangsiapa shalat dan tidak membaca AlFatihah padanya maka shalatnya buntung-beliau mengulang 3 kali- dan tidak sempurna"
Maka dikatakab kepada Abu huroirah, "bagaimana jika kami dibelakang imam?" Abu Hurairoh menjawab "bacalah surat itu(alfatihah) untuk dirimu sendiri(sirr)".
(HR.Muslim dan AshabusSunan).
3- ketika Rasulullah melarang shahabat yang membaca quran dibelakang imam beliau bersabda:
فلا تفعلوا إلا أن يقرأ أحدكم بأم الكتاب
"Jangan kalian lakukan hal itu kecuali salah seorang kalian membaca AlFatihah" (HR.Ahmad dan Bukhori dalam "Juz'ilQuran" dan Baihaqi).
Diringkas dari kitab shohih fiqih sunnah, bab shalat,  karangan Syaikh Abu malik.
Tambahan pent:
Dalil kewajiban membaca alFatihah adalah bentuk syarat yaitu "لا صلاة"(tidak ada sholat) yang didahului oleh لا (laa nafiyah lill jinsi) yang makna mutlaqnya  "tidak sah shalat"
Jika tidak sah shalat maka alfatihah adalah syarat,
dan syarat lebih kuat dari Amer atau perintah.
Karena Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ،
Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakanlah semampu kalian’.”
[Diriwayatkan oleh al-Bukhâri dan Muslim].
Jika terjadi pertentangan antara syarat dan perintah maka didahulukan syarat.
Maka wajibnya membaca AlFatihah dan perintah mendengar tanpa membaca ketika imam jahr itu dimaksudkan untuk surat-surat lain selain Fatihah.
والله أعلم بالصواب

Senin, 28 November 2016

HUKUM MEMANJANGKAN RAMBUT


KENAPA DIA MEMANJANGKAN RAMBUT?
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا مَرْبُوعًا بَعِيدَ مَا بَيْنَ الْمَنْكِبَيْنِ عَظِيمَ الْجُمَّةِ إِلَى شَحْمَةِ أُذُنَيْهِ عَلَيْهِ
"Rosulullah صلى الله عليه وسلم itu berperawakan sedang, perpundak bidang, rambutnya lebat terurai ke bahu hingga sampai kedua cuping telinganya”
(HR. Muslim)
Ibnu al arabi رحمه الله ulama bermadzhab maliki berkata:
الشعر في الرأس زينة ، وتركه سنة ، وحلقه بدعة وحالة مذمومة...
"Rambut dikepala adalah perhiasan dan membiarkannya adalah sunnah dan menggundulinya adalah bid'ah dan keadaan yang tercela..."
('ARIDHOTUL AHWADZI, 7/256)
Ibnu Qudamah al maqdisi رحمه الله تعالى berkata:
(واتخاذ الشعر أفضل من إزالته. قال إسحاق: سئل أبو عبد الله عن الرجل يتخذ الشعر؟ قال :سنة حسنة، لو أمكننا اتخذناه، وقال :كان للنبي صلى الله عليه وسلم جمة .
"Memanjangkan rambut lebih utama dari menghilangkannya(mencukurnya), telah berkata Abu ishaq, "bahwa abu abdullah(imam Ahmad) ditanya tentang seseorang yang memanjangkan rambut? Beliau menjawab: "ini adalah sunnah yang baik seandainya kita mampu pasti kita akan memanjangkannya, dan imam Ahmad berkata, "Nabi صلى الله عليه وسلم (rambutnya) lebat terurai".
(SYARHULKABIR 'ALAA MATNI ALMUQNI': 1/105)
Syaikh Muhammad rasyid ridho رحمه الله تعالى didalam fatwanya berkata:
إن من أرسل شعره بنية الاقتداء بالنبي صلى الله عليه وسلم في عاداته الشريفة كان ذلك مزيد كمل في دينه إذا كان مقتدياً بسنته الدينية ومتحرياً التخلق بأخلاقه الكريمة .
Barangsiapa yang mengulurkan(memanjangkan) rambutnya karena niat mencontoh Nabi صلى الله عليه وسلم dalam adat kebiasaannya yang mulia maka hal itu menjadi tambahan kesempurnaan bagi agamanya apabila ia pun mengikuti sunnah dalam perkara agamanya serta mengikuti(pula) akhlaqnya yang mulia.."
(FATWA SYAIKH MUHAMMAD ROSYID RIDHO.347)
Dan Baraa bin 'aazib رضي الله عنه berkata: 
ما رأيت من ذي لمة في حلة حمراء أحسن من رسول الله، له شعر يضرب منكبيه، بعيد ما بين المنكبين، لم يكن بالقصير ولا بالطويل».
"Aku tak pernah orang yang berambut panjang terurus rapi, dengan mengenakan pakaian merah, yang lebih tampan dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Rambutnya mencapai kedua bahunya."
(HR.Muslim)
Berkata Ibnu Daqiq al-'id رحمه الله dalam syarah hadits ini:
وفيه دليل على توفير الشعر .
"Pada hadits ini ada dalil untuk melebatkan rambut"
(IHKAAMUL IHKAM SYARH UMDATUL AHKAAM)
Syaikh Abdullah AlBassaam رحمه الله تعالى ketika mensyarah hadits ini:
وفيه دليل على حسن توفير الشعر حتى يبلغ المنكبين أو فوقهما أو تحتهما قليلاً ، ففيه جمال واقتداء ، وليس منه ما يفعله بعض الشباب اليوم برؤوسهم يقص بعضه ويترك بعضه الآخر
"Padanya ada dalil atas bagusnya memanjangkan rambut sampai kedua bahu atau diatas atau dibawah sedikit dan padanya ada keindahan dan iqtidaa(mengikuti Nabi),
dan bukan hal ini seperti yang dilakukan para pemuda masa kini dengan mencukur sebagian dan meninggalkan sebagian".
(TAISIRUL'ALAAM SYARH UMDATUL AHKAAM.2/902)
TAMBAHAN PENT:
Dan didalam sebuah riwayat dalam shohih muslim dari ibnu Abbas رضي الله عنه berkata:
  نهى النبي صلى الله عليه وسلم ان نكف الثوب او الشعر في الصلاة.
"Nabi صلى الله عليه وسلم melarang kami untuk menahan pakaian dan rambut ketika shalat"
Adanya larangan menahan rambut kepada para shahabat رضوان الله عليهم bisa mengisyaratkan-والله أعلم- bahwa para shahabat berambut panjang.
Allah عز وجل berfirman:
(لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا)
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
[Surat Al-Ahzab 21]
dalam diri Rasulullah صلى الله عليه وسلم secara mutlaq Allah عز وجل mengatakan ada suri tauladan yang baik tanpa didapati dalil lain yang memisahkan antara yang berkaitan dengan ibadah atau adat,
Oleh karena itu jika seseorang memanjangkan rambut dengan niat mengikuti rasulullah صلى الله عليه وسلم niscaya ada kebaikan padanya.

JIHAD PENGHAPUS DOSA

JIHAD PENGHAPUS DOSA
Allah عز وجل berfirman:
( وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ )
Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.
[Ali Imraan :141]
Berkata Syaikh Sa'di رحمه الله تعالى dalam menafsirkan ayat ini:
  يدل ذلك على أن الشهادة والقتال في سبيل الله يكفر الذنوب، ويزيل العيوب، وليمحص الله أيضا المؤمنين من غيرهم من المنافقين، فيتخلصون منهم، ويعرفون المؤمن من المنافق، ومن الحكم أيضا أنه يقدر ذلك، ليمحق الكافرين، أي: ليكون سببا لمحقهم واستئصالهم بالعقوبة، فإنهم إذا انتصروا، بغوا، وازدادوا طغيانا إلى طغيانهم، يستحقون به المعاجلة بالعقوبة، رحمة بعباده المؤمنين.
"Dan itu menunjukkan bahwa orang yang Syahid dan berperang dijalan Allah dapat menghapuskan dosa-dosa dan menghilangkan aib-aib dan juga agar Allah menyaring dengan selainnya dari orang-orang munafiq sehingga orang-orang beriman terbebas dari mereka (orang-orang munafiq yang bercampur) dan mereka mengenal yang beriman dari munafiq.."
(Tafsir AsSa'di)

Kamis, 24 November 2016

KAIDAH المتعجل بالمحظور يعاقب بالحرمان


KAIDAH USHUL FIQIH
"مَن تَعَجّل شيئًا قبل أوانه عُوقب بحرمانه"
"Barang siapa yang tergesa-gesa sebelum waktunya maka dia dihukum dengan tidak mendapatinya"
Artinya adalah bahwa orang yang tergesa-gesa untuk memperoleh haqnya sebelum waktunya sehingga dia mencari cara haram untuk memperoleh yang ia inginkan maka dia diharamkan untuk mendapatkan hal tersebut sebagai hukuman baginya.
Dan kaidah ini penting untuk saddu dzariyah(menutup celah munculnya kemudhorotan).
Kaidah ini ditunjukan dari beberapa dalil di antaranya:
Dalil pertama:
Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم: 
"لايرث القاتل شيئا"
"Seorang pembunuh(pewaris) tidak mendapat warisan sedikitpun"
Jika seorang saudara membunuh saudara kandungnya padahal sipembunuh ini secara asalnya menjadi ahli waris buat dari yang dia bunuh akan tetapi takala dia ingin menyegerakan memperoleh warisan itu maka dia diharamkan untuk mendapatkan warisan itu.
karena dia telah tergesa-gesa sebelum waktunya.
Dalil yang kedua :
Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم
لَعَنَ اللَّهُ الْمُحَلِّلَ وَالْمُحَلَّلَ لَهُ
Artinya : "Allah melaknat si muhallil (orang yang menjadi muhallil) dan muhallal lah (orang yang dimuhallili)". (HR. al-Tirmidziy)
Bahwa laki-laki yang telah menthalaq istrinya dengan thalaq tiga maka tidak halal baginya menikahi lagi kecuali si mantan istri dinikahi laki-laki lain dan digauli kemudian diceraikan, maka boleh bagi suami pertama untuk menikahi kembali(ruju').
Sebagian orang membuat siasat dengan mendatangkan seseorang laki-laki dan membuat kesepakatan dengan laki-laki itu agar menikahi mantan istrinya kemudian menggaulinya dan mentholaqnya agar si mantan istri bisa halal kembali untuk dinikahi olehnya.
Dan kedua laki-laki ini (muhallil dan muhallal lah) telah tergesa-gesa dengan sesuatu sebelum waktunya sehingga dihukum dengan pengharamannya sehingga wanita itu tidak menjadi halal karena perbuatan ini.
Dalil ke tiga:
yaitu bahwa Usmant bin Affan رضي الله عنه memberikan harta waris kepada Tumadhir binti al-usbu' al kalbiyah salah satu istri dari Abdur rahman bin 'auf رضي الله عنه,  padahal Abdur rahman رضي الله عنه telah menthalaqnya ketika sakit menjelang kematiannya dengan tholaq baain.
dan Ustman menetapkan hukum ini dihadapan beberapa orang para shahabat رضي الله عنهم جميعا padahal hukum asalnya bahwa seseorang yang menthalaq istrinya dengan tholaq baain maka sang istri yang tertholaq baain ini tidak mendapat waris darinya jika dia telah mati, akan tetapi keadaan menthalaq istri ketika sang suami sakit menjelang kematiannya mengandung kemungkinan sang suami enggan untuk memberikan harta warisnya maka syariat menghukum dengan membatalkan niatnya.
Akan tetapi dalam hal ini kemungkinan Abdur rahman bin auf رضي الله عنه tidak mengetahui permasalahan ini atau terdapat alasan yang lain.
Sebagian ulama menamakan kaidah ini dengan " المعاقبة نقيض القصد " ( hukuman pembatalan maksud tertentu)
Contoh praktek kaidah ini:
Seseorang memiliki 40 kambing ( telah sampai nishobnya) dan nishob ini telag berlangsung selama 10 bulan dan mendekati kewajiban zakat yaitu sampai haulnya (satu tahun) maka orang itu bersiasat dengan menjual 1 dari kambingnya dalam rangka mengurangi nishobnya sehingga gugurlah kewajiban zakatnya, maka orang seperti ini dihukum dengan dibatalkan niatnya itu dengan tetap diambil darinya zakatnya.
Dan kaidah ini sebagaimana yang disebutkan oleh pengarang "أن المتعجل للمحظور يعاقب بالحرمان " ( orang yang terburu-buru (melakukan) hal yang dilarang maka dihukum dengan tidak mendapatkannya) sangat bermanfaat dalam kehidupan kita diDunia dan Akhirat.
Maka orang yang meninggalkan karena sesuatu yang sangat ia inginkan karena Allah maka Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik diDunia dan dan Akhirat  dan barang siapa yang meninggalkan maksiat padahal hatinya condong kepada hal itu maka Allah Azza wa jalla akan menggantikan keimanan dalam hatinya dan kelapangan hati bahkan keberkahan dan keluasan rizqi dan selainnya dari kebaikan-kebaikan yang lain.
Oleh karena itu ada sebuah hadits bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata:
أنك لن تدع شيئا اتقاء الله إلا أعطاك الله خير منه
"Bahwasannya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena takut kepada Allah melainkan Allah akan memberikanmu sesuatu yang lebih baik darinya" .
(HR.Ahmad)
Sumber 
http://taimiah.org/index.aspx?function=item&id=5626&node=17790
Ibnu Romelih AlBonjeri

Selasa, 22 November 2016

BAHAYA PERGAULAN


BAHAYA PERGAULAN.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
"Seseorang itu mengikuti dien(prilaku/agama) teman dekatnya  maka hendaknya seseorang dari kalian memperhatikan dengan siapa dia berteman"
(HR.Abu Daud, AtTirmidzi)

فإن عادة الناس التمضمض بالأعراض والتفكه بها.  فإن خالطتهم ووافقتهم أثمت وتعرضت لسخط الله تعالى وإن سكت كنت شريكا فإن المستمع أحد المغتابين.
"Sesungguhnya kebiasaan manusia itu gemar membicarakan kehormatan(orang lain) dan menghibahnya maka jika engkau bergaul dengan mereka dan engkau setuju dengan mereka maka engkau berdosa dan akan mendapat kemurkaan Allah  Ta'alaa dan jika engkau diam maka engkau termaksud orang yang ikut serta karena orang yang mendengar termaksud bagian dari orang-orang yang menghibah.
الرياء وهو الداء العضال الذي يعسر الاحتراز منه. وأول ما في مخالطة الناس إظهار التشوق إليهم ولا يخلو ذلك عن الكذب إما الأصل وإما في الزيادة وقد كان السلف يحترزون في جواب قول القائل:  كيف أصبحت؟ قال بعضهم: أصبحنا ضعفاء مذنبين.
Riya adalah penyakit kronis yang sulit untuk menghindarinya dan awal pertama dalam bergaul kepada manusia adalah menampakkan rasa rindu(perhatian) terhadap mereka dan hal tersebut tidak lepas dari kedustaan baik dusta secara asalnya atau dusta dari hal yang ditambah-tambahkan.
Dan para salaf sangat berhati-hati untuk menjawab orang yang berkata, "bagaimana keadaanmu pagi ini?"
Sebagian mereka menjawab "kami berpagi hari dengan kelemahan dan dalam keadaan berdosa"

لأن من لقي الخلق لم يخالقهم بأخلاقهم مقتوه واستثقلوه واغتابوه
dan (juga) bahwa orang yang menjumpai manusia namun dia tidak mempergauli mereka dengan (kebiasaan) prilaku mereka niscaya mereka akan membencinya dan merasa tidak nyaman dengannya dan juga menghibahnya.
و مسارقة الطبع من أخلاقهم الرديئة وهو داء دفين قلما ينتبه له العقلاء فضلا عن الغافلين. لأن الفساد يصير بكثرة المباشرة هينا على الطبع.
مهما طالت مشاهدة الانسان الكبائر من غيره احتقر الصغائر من نفسه.
Dan mencuri tabiat dari akhlaq mereka yang buruk dan ini merupakan penyakit yang terpendam yang sedikit sekali orang-orang cerdas menyadarinya apalagi orang-orang yang lalai.
Karena kerusakan (moral) bisa dengan mudah merubah tabiat dengan seringnya bergaul.
semakin lama seseorang menyaksikan dosa-dosa besar dari orang lain maka enteng baginya akan dosa-dosa kecil"

Sumber:  kitab Mukhtashor Minhaj AlQhosidin/adab shuhbah/Ibnu Qudamah al maqdisi.

Abu rafah AlBatawi

Senin, 21 November 2016

KAFIR DZIMMI MENURUT PARA ULAMA.


KETENTUAN AHLI DZIMMAH (KAFIR YANG DIBERI JAMINAN DI NEGRI ISLAM)

Allah Ta'alaa berfirman:
(قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّىٰ يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ)
"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk."
[Surat At-Tawbah 29]

Dalam ayat ini menerangkan bahwa orang-orang kafir yang tidak diperangi karena (صاغرون) tunduk dengan islam menjadi ahli dzimmah/kafir dzimmi (kafir yang dijamin atau dilindungi),
Maka para ulama mendifinisikan makna TUNDUK(صاغرون).

 Ibnu Hazm al-andalusi رحمه الله تعالى  berkata tentang maksud "tunduk {صاغرون}:

 «الصَّغار هو أن يجري حكم الإسلام عليهم، وأن لا يُظهروا شيئاً من كفرهم، ولا مما يحرم في دين الإسلام. قال عز وجل: {وقاتلوهم حتى لا تكون فتنة ويكون الدين كله لله}».
"Maksud Shighor(tunduk) adalah berlaku hukum islam kepada mereka (kafir dzimmi) dan agar mereka tidak menampakkan terang-terangan sedikitpun kekufuran mereka dan juga tidak (menampakan ) apa-apa yang diharamkan dalam dienul islam, Allah Ta'ala berfirman:
" Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu seluruhnya hanya milik Allah".
(Al-Anfaal:  39)
(Al Muhallaa/ibnu hazm)

Berkata Imam As-Syafii رحمه الله تعالى

  "فكان الصغار والله تعالى أعلم أن يجرى عليهم حكم الاسلام".
"Maka Shigor "Tunduk" maksudnya -wallahu 'alam- adalah berlaku atas mereka (ahli dzimmah) hukum islam"
(Al Umm, 4/233)

Dan Imam AsSyafi'i رحمه الله تعالى juga berkata:

  «وإن قالوا نعطيكموها ولا يجرى علينا حكمكم، لم لم يلزمنا أن نقبلها منهم، لأن الله عز وجل قال {حتى يعطوا الجزية عن يد وهم صاغرون} فلم أسمع مخالفا في أن الصغار أن يعلو حكم الاسلام على حكم الشرك ويجري عليهم».
"..seandainya mereka mengatakan, kami akan berikan kalian Jizyah, akan tetapi jangan berlakukan kepada kami hukum kalian maka tidaklah lazim bagi kita menerima itu dari mereka, karena Allah azza wa jalla berfirman:
"sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk". (At-Taubah: 29)
Dan Aku tidak pernah mendengar satupun(ulama salaf) yang menyelisihi bahwa makna Shigor(Tunduk) adalah hukum islam berada diatas hukum syirik dan berlaku (hukum islam) atas mereka (ahli dzimmah)".
(Al Umm, 4/297)

Muhammad bin Hasan al hanafi رحمه الله تعالىberkata:
  "ولأن المقصود من عقد الذمة مع أهل الحرب ليس هو المال، بل التزام الحربي أحكام الإسلام فيما يرجع إلى المعاملات".
"Bahwa maksud dari aqad dzimmah(jaminan) bagi kafir harbi bukanlah harta (jizyah) akan tetapi kafir harbi(yang memiliki aqad dzimmah/menjadi dzimmi) dia harus taat dengan hukum-hukum islam yang berlaku pada perkara-perkara muamalah".
(Syarh siyar kabir, 5/152)

Berkata imam As- Syafii رحمه الله تعالى dalam kitabnya tentang syarat ahli dzimmah :
 "على أن ليس لكم أن تظهروا في شيء من أمصار المسلمين الصليب، ولا تعلنوا بالشرك، ولا تبنوا كنيسة، ولا موضع مجتمع لصلاتكم، ولا تضربوا بناقوس، ولا تظهروا قولكم بالشرك في عيسى ابن مريم، ولا في غيره لأحد من المسلمين".
"Wajib atas kalian untuk tidak menampakan sedikitpun bentuk SALIB diwilayah-wilayah kaum muslimin dan kalian tidak boleh menampakkan terang-terangan kesyirikan dan jangan membangun gereja ataupun tempat (khusus) berkumpul untuk ibadah kalian dan jangan memukul lonceng kecuali jika terdapat maslahat bagi mereka dan janganlah menampakkan khomer seluruh wilayah kaum muslimin".
( Al Umm, 4/210).

Berkata Abu bakar al kasani رحمه الله تعالى ulama hanafiah:
 "لا يُمكّنون من إظهار صليبهم في عيدهم، لأنه إظهار شعائر الكفر، فلا يمكنون من ذلك في أمصار المسلمين...".
"Tidak diperbolehkan bagi mereka untuk menampakkan salib mereka pada hari raya mereka karena hal tersebut adalah

 bentuk menampakkan syiar-syiar kufur maka tidak boleh bagi mereka diseluruh wilayah kaum muslimin".
(Badaa'iyu As Snonaayi', 1/144)

Ibnu Qudamah didalam.kitab Syarah Kabir, 10/587 berkata:
"ولا يجوز عقدُ الذمة المؤبَّدة إلا بشرطين: أحدهما: أن يلتزموا إعطاءَ الجزية في كلِّ حول، والثاني: التزام أحكام الإسلام، وهو قَبول ما يُحكَم به عليهم من أداء حقٍّ أو ترْك محرَّم؛ لقول الله - تعالى -: ﴿ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ ﴾ [التوبة: 29]
"Tidak boleh ada aqad ahli dzimmah yang kekal kecuali dengan 2 syarat, yang pertama : dia(kafir dzimmi)  wajib untuk membayar jizyah setiap tahunnya.
yang kedua : dia harus tunduk dengan hukum-hukum islam yaitu menerima akan apa-apa yang mereka dihukumi dengannya dari penunaian haq atau meninggalkan yang dilarang berdasarkan firman Allah Ta'alaa:
"sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka shogir(tunduk)".
(As Syarh Alkabiir,10/587)

Imam AsSyaukaani رحمه الله تعالى :

"ثُبوت الذِّمَّة لهم مشروطٌ بتسليم الجزية، والتزام ما ألزمهم به المسلمون مِن الشروط، فإذا لم يحصُلِ الوفاءُ بما شرط عليهم عادوا إلى ما كانوا عليه من إباحةِ الدماء والأموال، وهذا معلومٌ ليس فيه خلاف، وفي آخر العهد العمري: فإنْ خالفوا شيئًا مما شَرَطوه فلا ذِمَّة لهم، وقد حلَّ للمسلمين منهم ما يحل مِن أهل العِناد والشِّقاق"
"Tetapnya dzimmah(jaminan kafir dzimmi) bagi mereka disyaratkan untuk membayar jizyah dan wajib bagi mereka sebagaimana yang wajib bagi kaum muslimin(hukum islam), maka apabila tidak ada pelaksanaan dari syarat-syarat yang diwajibkan atas mereka, maka mereka kembali menjadigoogle  keadaan sebelumnya dari dihalalkannya darah dan harta mereka,
dan ini perkara yang telah diketahui dan tidak ada khilafiyah padanya".
(Sailul Jaraar, 1/975, cetakan Ad Daar Ibnu Hazm)

Kesimpulan:
Berdasarkan definisi kafir dzimmi diatas maka kita lihat diindonesia ini tidaklah didapati aqad ahli dzimmah di indonesia, akan tetapi yang ada adalah muslim dzimmi, yaitu muslim yang diwajibkan atasnya
pajak(seperti jizyah) dan tunduk kepada hukum kafir Demokrasi.

والله تعالى أعلم.
Chemot As Sasaki

Kamis, 17 November 2016

FATWA TENTANG AR-RAIS DA'I IRJA

APAKAH PELAKU SYIRIK DI ANGGAP AHLI TAUHID (MUSLIM) JIKA BELUM TEGAK HUJJAH??

Kajian bersama Syaikh.Doktor. Abdul aziz ar rajihi tentang fatwa-fatwa murji'ah Abdul aziz bin aziz ar rais.

السائل:
Penanya:

 آخر عبارة يا شيخنا لهذا الرجل المفتون ، يقول : ( إن المشرك يسمى موحدا مادام أنه جاهل) . و هذا الرجل أحسن الله إليك اسمه عبد العزيز الريس مشرف على موقع الإسلام العتيق . فما ردكم ؟
"Ungkapan terakhir ya Syaikh kami, yaitu tentang orang yang maftun ini, yang dia berfatwa :
"sesungguhnya musyrik (orang yang berbuat syirik) dikatakan sebagai Ahli tauhid selama dia jahil"

Laki-laki ini -Ahsanallahu ilaika- namanya adalah Abdul azis ar rais dia seorang pembina situs موقع الإسلام العتيق,  maka bagaimana menurutmu?

الشيخ
Syaikh (menjawab):

 هذا باطل ، المشرك لا يسمى موحدا ، الذي يعمل الشرك . و لكنه يقال : عمله شرك ، أما هو فإذا لم تقم عليه الحجة فأمره إلى الله ، لكن لا يسمى موحدا و هو يفعل الشرك . هذا قول باطل ؛ أن المشرك يسمى موحدا ! مادام يفعل الشرك فلا يسمى موحدا و لا يُدعى له و لا يُترحم عليه و لا يُتصدق عنه و أمره إلى الله عز وجل .
"Ini adalah (perkataan) bathil, orang yang musyrik tidak bisa dikatakan ahli tauhid(muslim) yang melakukan syirik.
Akan tetapi dikatakan:  "perbuatannya syirik" adapun orang itu jika belum tegak padanya hujjah maka urusannya dikembalikan kepada Allah, akan tetapi dia tidak disebut ahli tauhid karena dia melakukan syirik.
Hal ini;  bahwa musyrik disebut ahli tauhid adalah pendapat yang bathil!
Selama dia melakukan syirik maka tidak bisa dikatakan ahli tauhid dan dia tidak boleh didoakan dan diucapkan rahmat untuknya dan tidak boleh bershodaqah untuknya akan tetapi perkaranya dikembalikan kepada Allah Azza wa Jalla"

السائل :
Penanya:
 شيخنا أحسن الله إليك ، نصيحة لهؤلاء الذين يروجون بدعة الإرجاء ، نصيحة للشباب للحذر من هؤلاء أحسن الله إليكم .
"Ya Syaikh kami-Ahsanallahu ilaik- berikanlah nasihat untuk mereka yang menyiarkan bid'ah murjiah dan nasihat untuk para pemuda untuk berhati-hati dengan orang-orang seperti ini(abdul aziz ar rais) -ahsanallahu ilaikum".
الشيخ :
Syaikh:
 نصيحتي للشباب أن يتعلموا العلم الشرعي على أهل العلم و أهل البصيرة المعتبرين ، و يتفقهوا في دين الله ، و يتعلموا على أهل العلم الذين يوضّحون لهم ما دل عليه كتاب الله و سنة رسوله صلى الله عليه و سلم ؛ من أن الإيمان يكون بالقلب و باللسان و بالجوارح ، و الكفر يكون بالقلب و باللسان و الجوارح . و هذا معروف عند أهل العلم . أما مذهب المرجئة فمذهب باطل .
"Nasihatku kepada para pemuda untuk mempelajari ilmu syar'i kepada para ulama dan orang yang memiliki bashiroh (pandangan yang dalam) dan mu'tabar serta faqih pada perkara dienullah, serta belajar dengan para ahli ilmu yang menjelaskan kepada mereka dengan apa-apa yang ditunjukan oleh kitabullah dan sunnah Rosulullah صلى الله عليه وسلم؛  bahwa sannya iman ada pada hati, lisan dan anggota badan dan kekufuranpun ada dengan hati, lisan dan anggota bada. Dan ini adalah perkara yang telah ma'ruf oleh para ulama.  Adapun madzhab murjiah adalah madzhab yang bathil"
Dikutip dari:
http://aliman1.blogspot.co.id/2013/05/blog-post_30.html

Biografi syaikh abdul aziz ar rajihi
http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=155611

Bukan saja syaikh ar rajihi saja, akan tetapi beberapa mufti besar arab saudi seperti syaikh abdul aziz alu syaikh dan Syaikh sholih fauzan pun mentahdzir tokoh Murjiah ini si abdul aziz ar rais.
Lihat disini:
Tonton "أقوال العلماء في عبدالعزيز الريس داعية الإرجاء" di YouTube
https://youtu.be/e5SBmCewHTw

Berkata syaikh sholih fauzan mengatakan, " اتركه  هذا مرجعي"
 "tinggalkan dia(ar rais) dia adalah seorang murjiah."

Kesimpulan:
orang yang berbuat syirik akbar yang belum sampai kepadanya hujjah tidak di anggap muslim, karena orang muslim adalah yang mentauhidkan Allah azza wa jallaa,
Namun juga tidak di anggap kafir, karena orang kafir adalah orang yang telah sampai hujjah akan tetapi dia mengingkari atau menolak hujjah tersebut.

Abdul aziz arrais adalah salah satu yang di anggap oleh salafi maz'um indonesia, jika ulamanya adalah seorang murjiah maka sudah pasti ahlu sunnah yang mengkafirkan pelaku kekufuran yang di ijma' kan kekufurannya akan dianggap khawarij oleh mereka.

Abu hanifah AlBonjeri

Rabu, 16 November 2016

SYUBHAT DEMOKRASI 2 RINCIAN ALMAIDAH AYAT 44


PENJELASAN FIRMAN ALLAH.

ۚ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ)

" Barangsiapa yang tidak berhukum (memutuskan perkara) menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir."

[Surat Al-Ma'idah 44]

Firman Allah:

ومن لم يحكم

"Barangsiapa yang tidak berhukum"

Memiliki Beberapa makna sebagai berikut:

1- Meninggalkan hukum Allah.

2- Berhukum dengan hukum Thogut.

3- Berhukum dengan selain hukum Allah.

A.Meninggalkan hukum Allah.

Maka sekedar meninggalkan hukum Allah (tanpa mengganti dengan hukum lain dan penentangan atau istiihlal) ini adalah perkara yang dosa jika seseorang mampu melakukan.

B. Berhukum dengan hukum thogut.

Maka ini adalah perbuatan kufur sebagaimana dijelaskan dalam banyak ayat tentang larangan untuk mendekati atau berhukum dengan thogut.
Di antaranya surat AnNisaa: 60.

3- Berhukum dengan selain hukum Allah.

Hal ini ada yang kufur dan ada yang tidak kufur alias hanya berdosa.

Adapun yang kufur adalah:
Jika berhukum dengan selain hukum Allah dengan hukum Thogut (point B sebelumnya), maka ini kafir.

Dan yang tidak kufur, contohnya:

Seorang hakim diNegara yang landasannya Kitabullah dan Sunnah yang membuat kedustaan terhadap manusia dengan mendatangkan saksi palsu sehingga menghukumi seseorang dengan selain hukum Allah.

Seperti orang yang dituduh mencuri yang seharusnya dia tidak dipotong tangannya akhirnya dia dipotong karena tuduhan.

Maka hakim ini termaksud berbuat dosa besar karena kedustaan kepada manusia.

Berhukum dengan selain hukum Allah dengan hukum yang landasannya adalah mencari mashlahat dan tidak terdapat penggantian dari hukum Allah.

Seperti hukum Ta'zir
Yaitu hukuman yang tidak didapati diAlQuran dan Sunnah namun hukuman ini diterapkan dalam rangka mashlahat atau membuat jera dan kapok pelakunya.

Kesimpulan:

Rincian diatas tujuannya menemukan benang merah antara pro thogut(Demokrasi) yang membawakan fatwa-fatwa ulama bahwa berhukum selain hukum Allah adalah "Dosa besar". Dan anti Thogut(Muwahhidin) yang juga membawakan fatwa ulama bahwa berhukum selain Allah adalah Kafir.

Kedua kelompok ini sama-sama membawa fatwa Ulama, terkadang membawa fatwa ulama yang sama.
Ketahuilah ulama yang mengatakan "Dosa besar" bukanlah yang mereka maksud berhukum dengan "hukum Thogut"
Para Ulama Robbani mereka sepakat bahwa berhukum thogut adalah kufur"

Maka ketahuilah bahwa yang dimaksud Muwahiddin dengan  "Berhukum dengan selain hukum Allah" adalah "berhukum Thogut".

Inilah yang jelas dan muhkam.

Yang tidak satupun Ulama Rabbani yang mengatakan berhukum dengan hukum thogut tidak kafir.

Ketahuilah bahwa Thogut Demokrasi lebih jauh besar bahayanya dari   Thogut kuburan.

Karena Thogut Sistem Demokrasi ini melegalkan dan melindungi Thogut kuburan.

Bagaimana engkau mengaku seorang yang bertauhid hanya dengan mengingkari Thogut atau kesyirikan kuburan.
Sedangkan engkau loyal terhadap Thogut Demokrasi yang melegalkan semua kesyirikan??

Allah Ta'alaa mengatakan melalui lisan para rosulnya:

"Agar kalian menyembah Allah dan menjauhi Thogut"(QS.AnNahl: 36)

Abu Muhammad AlBatawi

HUKUM MENCELA ALLAH, ALQURAN DAN RASULULLAH

Hukum mencela Allah Alquran dan Rasulullah


 Kaum Muslimin disetiap zaman telah bersepakat bahwa orang yang mencela Allah dan Rasul-Nya atau agama-Nya, maka wajib untuk dibunuh.

 Jika yang mencela adalah seorang Muslim, maka ketika itu ia telah murtad dan wajib dibunuh karena kemurtadannya tersebut.

 Jika yang mencela adalah seorang kafir dzimmi,maka batallah ikatan perjanjian untuk melindunginya dan wajib untuk dibunuh.

 Ibnul Mundzir telah menukil adanya ijma' (kesepakatan para sahabat) bahwa orang yang mencela Rasulullah wajib dibunuh. (Al-Ijma' Li-Ibnil Mundzir hal 153 no 722)

Berkata al-Khatthabi:

"Aku tidak mengetahui adanya perselisihan tentang (orang yang mencela) wajib untuk dibunuh jika dia (si pencela) seorang Muslim.."

Berkata Ibnu Qudamah:

"Barang siapa mencela Allah maka dia telah ka r, sama saja apakah dengan bergurau atau sungguh-sungguh. Demikian pula (sama hukumnya dengan) orang yang mengejek Allah atau ayat-ayat-Nya atau Rasul-Nya atau kitab- kitab-Nya..." (Al-Mughni)

Berkata Ibnu Hazm:

"Adapun mencela Allah maka tidak ada seorang Muslim pun di atas muka bumi yang menyelisihi bahwasanya hal itu adalah kekufuran (secara dzat- nya).

 Hanya saja Jahmiyyah dan Asy'ariyyah mengatakan: `Hal ini (pencelaan terhadap Allah) merupakan petunjuk adanya kekufuran, tetapi hal itu bukanlah kekufuran.'

Ibnu Hazm telah membantah pendapat kedua kelompok tersebut, beliau lalu berkata:

"Suatu kebenaran yang meyakinkan bahwa barang siapa yang mengejek sesuatu dari ayat-ayat Allah atau mengejek seorang Rasul dari para Rasul Allah maka dia menjadi kafir dan murtad karena hal itu.

Ibnu Hazm juga berkata:

"Benarlah apa yang telah kami sebutkan bahwasanya siapa saja yang mencela atau mengejek Allah; atau seseorang malaikat dari para malaikat atau seorang nabi dari para nabi atau sebuah ayat dan ayat-ayat Allah, maka dengan hal itu ia menjadi kafir yang murtad dan berlakulah hukum murtad padanya." (Al-Muhalla 2308 hal 408)


Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:

"Jika dia (si pencela) seorang Muslim, maka telah terjadi ijma' bahwa dia wajib dibunuh, karena dia telah menjadi kafir yang murtad disebabkan (celaan tersebut), dan dia lebih buruk dari pada orang kafir (yang bukan murtad).

Karena seorang kafir (yang bukan murtad) mengagungkan Rabb tetapi meyakini agama batil sebagai kebenaran, namun tidak (melakukan) pengolok- olokan terhadap Allah dan pencelaan terhadap-Nya." (Ash Sharimul Maslul, hal 546)


 Berbeda dengan orang Islam yang mencela Allah dia telah mengetahui Islam sebagai agama yang benar sehingga memeluk agama Islam.

 Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syeikh Utsaimin, bellau berkata:
Bagaimana seseorang bisa menghina dan mengejek sesuatu perkara yang diimani. Seorang yang beriman terhadap suatu perkara, maka dia harus mengagungkan perkara tersebut dan di dalam hatinya ada pengagungan yang layak dengan perkara tersebut.

Kekufuran ada dua:

1. Kufur i'radh (Kafir I'radh kekafiran dengan hanya berpaling dari Islam namun tanpa penentangan) dan

2. Kufur mu'aradhah (kekafiran yang disertai dengan adanya penentang terhadap Islam).

 Orang yang mengejek (beristihza) maka ia kafir dengan kekafiran mu'aradhah. Dan dia lebih besar (kejelekkannya) daripada orang yang hanya sujud kepada patung (tanpa melakukan penetangannya).

Syaikhul Ibnu Taimiyah juga berkata:

"Jika yang mencela Allah adalah seorang kafir dzimmi, maka (hukumnya) sebagaimana jika ia mencela Rasul. Telah lalu nash dari Imam Ahmad bahwasanya barang siapa menyebut sesuatu yang menyindir Allah maka dia di- bunuh.

 Sama saja apakah dia seorang Muslim atau kafir. Sahabat-sahabat kami juga berkata:
"Barang siapa yang menyebut Allah, kitab-Nya, agama- Nya atau Rasul-Nya dengan kejelekan...", mereka menjadikan hukumnya sama, dan beliau juga berkata: "Perselisihan hanya pada masalah mencela Allah (apakah wajib dibunuh atau tidak), sedangkan pada masalah mencela Rasulullah maka tidak ada khilaf (akan wajib dibunuhnya). (as-Sharim alMaslul hal 555)

Syaikhul Ibnu Taimiyah menukil perkataan Iman Ahmad:

"Barang Siapa yang menyebut sesuatu yang mengejek Allah maka wajib dibunuh, baik dia Muslim atau kafir. Inilah pendapat penduduk Madinah." (as Sharim al-Maslul, hal 558)

Beliau juga menukil perkataan Imam Ahmad:

"Siapa saja memaki Nabi, baik Muslim atau kafir maka dia wajib dibunuh". (as-Sharim al-Maslul hal 558)

Selasa, 15 November 2016

ARTI KATA HUKUM

 Arti Hukum

Saya mendengar disebuah Radio seorang Ustadz berkata, :
"Orang yang tidak memakai jilbab adalah orang yang tidak berhukum dengan hukum Allah!!"

Subhanallah!!

Si Ustadz mengartikan arti "Hukum yang diambil dari kata "( حكم يحكم)hakama yahkumu" sebagai "AMAL"
seolah- olah dia menafsirkan firman Allah Ta'alaa :
ومن لمْ يَحْكُمْ
"Barangsiapa yang tidak berhukum"

Dengan makna
ومنْ لَمْ يَعْمَلْ
"Barangsiapa yang tidak beramal(mengerjakan)"

ini adalah keliru!!
Karena tidak didapati dikamus manapun bahwa kata "Hakama/Hukum" bermakna "Amal"!!

Adapun makna "Hukum atau Hakama حكم " adalah " qodho قضى " yang artinya "memutuskan perkara"

Silahkan lihat dikamus-kamus arab, diantaranya:
http://www.maajim.com/dictionary/%D8%AD%D9%83%D9%85

Jadi orang yang tidak berhukum adalah orang yang tidak memutuskan perkara.

Orang yang tidak berjilbab bukanlah orang yang tidak berhukum!
Akan tetapi orang yang tidak menjalankan hukum.
Orang yang tidak menjalankan hukum artinya tidak beramal.

Jadi seseorang memakai jilbab, sholat, zakat adalah orang yang beramal(berbuat) bukan berhukum!!

Oleh karena itu
Orang yang berhukum disebut "حاكم" Hakim.
Dan orang yang menjalankan hukum disebut "عامل" Amil atau orang yang beramal.

Oleh karena itu dalam bahasa arab "Penguasa" disebut dengan "Hakim atau "Hukkam"
Bukan "Amil" atau "Ummal"

Abu Hanien AlBatawi.

Senin, 14 November 2016

CIRI KHUSUS KHAWARIJ

CIRI-CIRI KHUSUS KHAWARIJ MENURUT PARA ULAMA.

Berkata Ibnu Taimiyyah رحمه الله تعالى:

وأصل قول الخوارج أنهم يكفرون بالذنب، ويعتقدون ذنباً ما ليس بذنب . أهـ
"Dasar utama madzhab khawarij adalah bahwasanya mereka mengkafirkan karena sebuah dosa, dan mereka meyakini dosa yang hal itu bukan dosa"
(Majmu' AlFatawaa.3/221 cetakan Darul ibnu Hazm)

Berkata Alhafidz Ibnu Hajar رحمه الله تعالى: tentang khawarij:

 وحُكْمُ مرتكب الكبيرة عندهم حُكمُ الكافر.أهـ
 "Dosa besar menurut mereka dihukumi kafir"
(Fathul Baari.Juz 12/297)

Berkata AsSyahrostani رحمه الله تعالى :

القول بالتبري من عثمان وعلي رضي الله عنهما ويقدمون ذلك على كل طاعة ولا يصححون المناكحات إلا على ذلك ويكفرون أصحاب الكبائر
"Mereka berpendapat berlepas diri dari Utsman dan 'Ali radhiallaahu 'anhumaa, dan mereka mendahulukan hal tersebut (mengkafirkan Utsman dan 'Ali) dari segala ketaatan. Dan mereka menganggap tidak sah pernikahan kecuali melakukan hal tersebut, dan mereka mengkafirkan pelaku dosa besar."
(AlMilal wa AlNihal, Hal: 54)

Berkata AsSyahrostani رحمه الله تعالى:

أن من أقوال الخوارج : إسقاطهم الرجم عن الزاني إذ ليس في القرآن ذكره، وإسقاطهم حد القذف عمن قذف المحصنين من الرجال مع وجوب الحد على قاذف المحصنات من النساء.أهـ
 " Dan dari pendapat-pendapat khawarij; mereka menggugurkan hukum rajam untuk pelaku zina, dengan alasan tidak ada penyebutannya di alqur'an, dan mereka menggugurkan hukum had qadzaf (menuduh zina) wanita-wanita muhshonat"
(AlMilal wa AnNihal, Hal: 58)

Berkata Alhafidz Ibnu Hajar رحمه الله تعالى:

  فأبطلوا رَجْمَ المحصن وقطعوا يد السارق من الإِبط. أهـ
"Mereka membatalkan hukum rajam dan memotong tangan pencuri dari ketiak"
 (Fathul bari juz 12 hal 297).

Sabtu, 12 November 2016

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya pun dituduh Khawarij.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya pun dituduh Khawarij.
Berkata Syaikh Abu Buthoin رحمه الله تعالى:

"بعد أن بين مذهب الخوارج : فإذا عرفت مذهب الخوارج، أن أصله التكفير بالذنوب وكفروا أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم واستحلوا قتلهم متقربين بذلك إلى الله، فإذا تبين لك ذلك تبين ضلال كثير من أهل هذه الأزمنة في زعمهم أن محمداً بن عبد الوهاب وأتباعه خوارج، ومذهبهم مخالف لمذهب الخوارج لأنهم يوالون جميع أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم ويعتقدون فضلهم على من بعدهم ويوجبون اتباعهم ويدعون لهم ويضللون من قدح فيهم أو تنقص أحداً منهم، ولا يُكفرون بالذنوب ولا يُخرجون أصحابها من الإسلام، وإنما يُكفرون من أشرك بالله أو حسَّن الشرك، والمشرك كافر بالكتاب والسنة والإجماع، فكيف يجعل هؤلاء مثل أولئك، وإنما يقول ذلك معاند يقصد التنفير للعامة، أو يقول ذلك جاهلاً بمذهب الخوارج، ويقوله جهلاً منه . أهـ
[ مجموعة الرسائل والمسائل النجدية 2/175 ]
"Jika engkau mengetahui madzhab khawarij bahwa dasar aqidah mereka mengkafirkan pelaku dosa besar dan mengkafirkan para shahabat رسول الله صلى الله عليه وسلم dan menghalalkan membunuh mereka dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Maka akan jelas bagimu akan jelasnya kesesatan kebanyaknya orang pada masa ini, karena sangkaan mereka bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya sebagai khawarij,
Padahal madzhab mereka berbeda dengan madzhab khawarij dan mereka (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya) adalah orang-orang yang loyal kepada seluruh sahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan mereka meyaqini bahwa mereka(shahabat nabi) lebih utama dari orang-orang setelahnya dan mereka mewajibkan mengikuti shahabat nabi dan mengajak (manusia untuk mengikuti mereka) dan mereka menganggap sesat orang yang menghina atau menjatuhkan salah seorang dari mereka(shahabat Nabi).
Dan mereka (syaikh dan pengikutnya) tidaklah mengkafirkan pelaku dosa-dosa(besar) dan tidak menganggap pelaku dosa besar keluar dari islam,
Akan tetapi yang mereka kafirkan adalah pelaku syirik kepada Allah dan orang yang menganggap baik kesyirikan.
Dan orang yang Musyrik adalah Kafir berdasarkan AlQuran, Sunnah dan Ijma' .
Bagaimana bisa menjadikan mereka (syaikh dan pengikutnya) seperti mereka(Khawarij)?.
Sesungguhnya yang mengatakan hal ini hanyalah orang yang pembangkang yang bertujuan untuk menjauhkan orang-orang awwam atau orang yang bodoh tentang madzhab Khawarij sehingga dia mengatakan itu karena kebodohan darinya.
(Kumpulan Risalah dan Masaail ulama Najd :2/174)

Biografi Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Abu Buthoin رحمه الله تعالى
http://www.al-tawhed.net/shekh/showCat.aspx?id=21

Jumat, 11 November 2016

FATWA SYAIKH BIN BAZ TENTANG SADDAM HUSEIN

FATWA SYAIKH BIN BAZ TENTANG SADDAM HUSEIN

هل يجوز لعن حاكم العراق؟ لأن بعض الناس يقولون: إنه ما دام ينطق بالشهادتين نتوقف في لعنه، وهل يجزم بأنه كافر؟ وما رأي سماحتكم في رأي من يقول: بأنه كافر؟
"Apakah boleh melaknat presiden iraq(saddam husein)? Karena sebagian orang berkata, bahwa selama dia mengucapkan dua kalimat shahadat maka kita tawaqquf untuk melaknatnya, dan apakah boleh menetapkan bahwa dia (saddam) kafir?
Dan apa pendapatmu ya syaikh tentang  orang yang mengatakan bahwa dia kafir?

Jawab:
هو كافر وإن قال: لا إله إلا الله، حتى ولو صلى وصام، ما دام لم يتبرأ من مبادئ البعثية الإلحادية، ويعلن أنه تاب إلى الله منها وما تدعو إليه، ذلك أن البعثية كفر وضلال، فما لم يعلن هذا فهو كافر،
"Dia kafir meskipun dia mengucapkan " لا إله الا الله " meskipun dia sholat dan puasa selama dia belum berlepas diri dari prinsip partai Bats yang kufur dan sebelum dia mengumumkan bahwa dia taubat kepada Allah darinya (partai bats) dan prinsip partai bats.
Hal itu partai bats itu kufur dan sesat, maka selama dia belum mengumumkan hal ini(berlepas diri)  maka dia kafir.

Dikutip dari situs resmi syaikh bin baz.
http://www.binbaz.org.sa/fatawa/257

Kamis, 10 November 2016

HUKUM RIBA DI DARUL HARBI MENURUT MADZHAB HANAFI

HUKUM RIBA TERHADAP KAFIR HARBI DI DARULHARBI MENURUT MADZHAB HANAFI

قال إبراهيم النخعي:
Berkata ibrahim anNakho'i:
 «لا بأس بالدينار بالدينارين في دار الحرب بين المسلمين وبين أهل الحرب» (أسنده الطحاوي).
Tidak mengapa satu dinar untuk dua dinar diDarul harbi antara kaum muslimin dan kafir harbi"

 أبو حنيفة:
Berkata Abu hanifah
«لو أن مسلما دخل أرض الحرب بأمان فباعهم الدرهم بالدرهمين لم يكن بذلك بأس، لأن أحكام المسلمين لا تجري عليهم، فبأي وجه أخذ أموالهم برضا منهم فهو جائز»
Seandainya seorang muslim masuk ke darul harbi dengan aman maka jika dia menukar 1 dirham dengan 2 dirham(riba),  maka hal itu tidak mengapa karena hukum kaum muslimin tidak berlaku atad mereka, maka dengan bentuk apapun mengambil harta dari mereka dengan keridhoan mereka, maka boleh"

Dalil mereka adalah:

berkata: Imam AtThohawi رحمه الله تعالى:

وفي صحيح مسلم (2|886) أن رسول الله r قال في خطبة الوداع: «وربا الجاهلية موضوع. وأول ربا أضع ربانا: ربا عباس بن عبد المطلب، فإنه
 موضوع كله». قال الطحاوي: «فكان في ذلك ما قد دل على أن الربا قد كان بمكة قائما لما كانت دار حرب حتى فتحت. لأن ذهاب الجاهلية إنما كان بفتحها. وكان في قول رسول الله r: "أول ربا أضع ربانا ربا العباس بن عبد المطلب". فدل ذلك أن ربا العباس قد كان قائما حتى وضعه رسول الله r. لأنه لا يضع إلا ما قد كان قائما، لا ما قد سقط قبل وضعه إياه. وكان فتح خيبر في سنة سبع من الهجرة، وكان فتح مكة في السنة الثامنة من الهجرة، وكانت حجة الوداع في السنة العاشرة من الهجرة. ففي ذلك ما قد دل أنه قد كان للعباس ربا إلى أن كان فتح مكة، وقد كان مسلما قبل ذلك. وفي ذلك ما قد دل على أن الربا قد كان حلالا بين المسلمين وبين المشركين بمكة لما كانت دار حرب، وهو حينئذ حرام بين المسلمين في دار الإسلام. وفي ذلك ما قد دل على إباحة الربا بين المسلمين وبين أهل الحرب في دار الحرب كما يقوله أبو حنيفة والثوري».

Di dalam shohih muslim (2/886)
"Bahwa rasulullah صلى الله عليه وسلم betkhutbah dalam haji wada' :

وَرِبَا الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعٌ وَأَوَّلُ رِبًا أَضَعُهُ رِبَانَا رِبَا عَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَإِنَّهُ مَوْضُوعٌ كُلُّهُ
”Riba jahiliyyah telah dihapus. Dan riba yang pertama kali aku hapus adalah riba ‘Abbas bin Abdul Muthallib (paman Nabi sendiri, pen.). Maka riba jahiliyyah dihapus seluruhnya”  (HR. Abu Dawud no. 1907.)

Berkata AtThohawi رحمه الله تعالى:
"Dan pada hal tersebut sungguh telah menunjukkan bahwasanya Riba pernah terjadi diMekkah disaat mekkah masih menjadi Darul harb sampai mekkah ditaklukkan.
Dikarenakan hilangnya masa jahiliyyah adalah sebab diTaklukkannya Mekkah,
Dan adapun perkataan Rosulullah صلى الله عليه وسلم :
 Dan riba yang pertama kali aku hapus adalah riba ‘Abbas bin Abdul Muthallib"
Maka ini menunjukkan bahwa riba Abbas pernah ada sampai Rasulullah menghapusnya, dan Rasulullah tidak mungkin menghapus (riba) kecuali memang sebelumnya pernah ada, bukan karena sudah gugur sebelum dihapus riba itu.
Dan penaklukkan khoibar pada tahun 7 hijriyah dan penaklukkan Mekkah pada tahum 8 hijriyah dan haji wada' pada tahun 10 hijriyah dan hal itu benar-benar menunjukkan bahwa Abbas (paman Nabi) pernah melakukan Riba sampai ditaklukkan Mekkah dan dia (Abbas) sebelumnya(penaklukkan Mekkah) adalah muslim.
Dan hal itu menunjukkan bahwa Riba sebelumnya adalah halal antara kaum muslimin dan musyrikin diMekkah takkala menjadi DarulHarbi,
Dan pada saat itu pula Riba haram antara kaum muslimin diDarul islam.
Dan pada hal ini menunjukan akan bolehnya Riba antara kaum muslimin dan kafir harbi diDarul Harbi sebagaimana telah berpendapat hal tersebut Abu Hanifah"

Ini adalah pendapat Abu Hanifah dan muridnya Muhammad bin Hasan dan juga pendapat beberapa Ulama-ulama iraq seperti Sofyan Tsauri (161 H) dan Ibnu AlMubarak dan brohim AnNakhoi(95 H).
Dan ini adalah salah satu pendapat dari madzhab imam Ahmad(lihat disyarah AzZarkasyi) dan Ibnu Taimiah condong dengan pendapat ini.
dan juga pendapat Ibnu Majisyun dari madzhab Maliki(212 H).

Dikutip dari:

http://www.ibnamin.com/riba.htm

Rabu, 12 Oktober 2016

FATWA ULAMA TENTANG SYIRIK HUKUM


Berkata syaikh Sulaiman bin Samhan رحمه الله تعالى :
"Jika kalian telah memahami bahwa berhukum kepada Thogut adalah kufur dan Allah telah menyebutkan didalan kitabnya, bahwa kekufuran lebih besar(perkaranya) dari pembunuhan, dimana Allah Ta'ala berfirman:
الفتنة أكبر من القتل
"Fitnah(Syirik/Kufur) lebih besar(bahayanya) dari pembunuhan"
[AlBaqoroh:217]
Dan fitnah maksudnya adalah Kekufuran.
Maka seandainya terbunuh semua orang yang ada dipedalaman dan perkotaan sehingga semuanya musnah(terbunuh semua) maka hal ini lebih ringan dari pada mengangkat dimuka bumi seorang Thogut yang berhukum(memutuskan perkara) menyelisihi syariat islam yang telah diutus dengannya Rasulullah صلى الله عليه وسلم"

Berkata Syaikhul Islam ibnu Taimiyah رحمه الله تعالى:seseorang takala dia menghalalkan sesuatu yang haram-disepakati keharamannya- atau mengharamkan yang dihalalkan-yang disepakati kehalalannya
- atau mengganti syariat Allah-yang telah disepakati-maka dia menjadi kafir Murtad berdasarkan kesepakan Fuqohaa"
(Majmu' AlFatawa 3/267)

Berkata Ibnu Hazm رحمه الله تعالى ketika mentafsirkan firman Allah Ta'alaa.
(اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ....
[Surat At-Taubah : 31]

Takala Yahudi dan Nasrani mengharamkan apa-apa yang diharamkan dan menghalalkan yang dihalalkan ulama-ulama dan rahib-rahib mereka dan ini(dikategorikan) menjadikan Rububiyyah(penuhanan) yang sah dan ibadah yang sah dan mereka telah mendekati dengannya(ibadah tersebut),
 maka Allah ta'ala pun menamakan Perbuatan ini dengan "Menjadikan Tuhan-tuhan dan peribadatan selain Allah" dan ini adalah perbuatan syirik tanpa khilafiyah".
(Alfashl:3/266)

Dan berkata Ibnu Katsir رحمه الله تعالى:
Barangsiapa meninggalkan syariat yang muhkam(jelas) yang diturunkan atas Muhammad bin Abdullah penutup para Nabi dan memutuskan perkara dari selainnya dari syariat-syariat yang dibatalkan, maka dia kufur.
Bagaimana dengan orang yang bertahakum kepada (syariat) Yasiq dan mendahulukannya darinya(syariat Allah)?
Maka orang seperti ini kufur berdasarkan ijma Muslimin.

"Dan Allah Ta'alaa berfirman:
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?"
[AlMaidah:  50]

Dan firman Allah Ta'alaa:
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."
[AnNisaa:  65]
(AlBidayah wa AnNihaayah: 13/139)

Berkata AsSyinqithi رحمه الله تعالى:
"Syirik kepada Allah didalam hukumnya sama dengan syirik kepada Allah didalam beribadah kepadanya dan keduanya satu makna dan tidak ada beda antara keduanya sama sekali.
Barangsiapa yang mengikuti peraturan selain(menyelisihi) peraturan Allah dan syariat selain syariat Allah atau undang-undang yang dibuat manusia yang menyelisihi syariat Allah dan perpaling dari cahaya(wahyu) langit yang Allah turunkan melalui lisan rasulnya.
Dan barangsiapa yang melakukan ini maka sama sekali tidak ada bedanya dia dengan orang yang menyembah patung dan sujud kepada berhala dalam bentuk apapun.
Kedua-duanya adalah orang yang berbuat syirik kepada Allah,
Yang ini berbuat syirik kepada Allah dalam beribadah kepadanya,
Dan ini (orang yang lainnya) berbuat syirik didalam hukumnya.
Maka hukum berbuat syirik didalam beribah kepadanya dan syirik dalam hukumnya keduanya adalah sama...

SYUBHAT TAAT ULIL THOGUT 1

Di antara Syubhat taat ulil thogut(Demokrasi) 1.

Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:
يكون بعدي أئمة لا يهتدون بهداي ولا يستنون بسنتي”

“Akan ada para penguasa yang tidak mengambil petunjuk dengan petunjukku dan tidak mengambil sunnah dengan sunnahku.”
(HR. Muslim)

Dalam hadits diatas,
Yang bermakna ada penguasa yang tidak mengambil petunjuk dan mengambil sunnahku"
bisa memiliki beberapa penafsiran:

1- Sekedar tidak mengambil atau hanya meninggalkan petunjuk atau hukum Allah dan rasulnya (tanpa mengganti).

2- Berhukum dengan hukum Thogut.

3- Berhukum dengan hukum selain hukum Allah

Jika no 1: maka jelas tidak dikatakan kufur  hanya maksiat jika mampu melaksanakannya.

No 2:  Jelas kufur berhukum dengan hukum thogut, berdasarkan surat AnNisaa ayat 60 dan ayat-ayat perintah untuk beribadah kepada Allah dan menjauhi Thogut.

No 3: bisa kufur(A) dan bisa tidak atau dosa besar(B) atau boleh saja (C).

A. Kufur:  jika masuk ke no 2 dengan mengganti undang-undang yang menetapkan kedustaan kepada Allah dan Rasulnya seperti Hukum Demokrasi atau berhukum dengan hukum thogut(hukum tandingan)

B. Dosa besar:
Seperti seorang hakim yang landasan hukumnya AlQuran dan Sunnah namun dia membuat kedustaan terhadap manusia dengan mendatangkan saksi palsu sehingga orang yang seharusnya tidak dihukum had (seperti potong tangan) menjadi dihukum karena saksi palsu.

C. Boleh saja:
Seperti dalam rangka mencari maslahat atau Ta'dzir(membuat jera) seperti seorang kepala sekolah menerapkan hukuman untuk siswa yang telat.

Maka hadits ini mutasyabih (multi tafsir) sehingga tidak bisa menjadi dalil untuk mentaati pemimpin yang berhukum dengan thogut!!

Maka berdasarkan kaidah ushul yang disepakati para ulama:
المتشابه يحمل على المحكم
"Dalil yang Mutasyabih dikembalikan kepada yang muhkam(jelas)"

Dan yang muhkam (jelasnya) adalah kita dilarang untuk mentaati Thogut.
(AlBaqoroh:  256/Annisaa:60/ AnNahl: 36/ dsb)

Bagaimana hadits ini ditafsirkan untuk taat kepada hukum thogut?
Siapakah salaf yang memahami seperti ini?
Bagaimana bisa melegalkan larangan yang Muhkam(jelas) dengan dalil yang Mutasyaabih (multi tafsir)??
Bukankan manhaj Ahli bid'ah mencari-cari dalil yang mutasyabih untuk menghindari yang muhkam??
(Lihat tafsir asSa'di surat Ali imraan ayat 7 tentang ayat Mutasyabih dan Muhkam)

Dan kerancuan yang lain:
jika hadits disini dipahami untuk mentaati penguasa berhukum thogut, maka ini sangat bertentangan dengan hadits shohih dari imron bin khusoin رضي الله عنه , bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:
إن أُمِّر عليكم عبدٌ مجدَّع يقودكم بكتاب الله تعالى فاسمعوا له وأطيعوا
"Jika kalian dipimpin oleh budak Habasyi yang lumpuh yang dia memimpin kalian dengan kitabullah maka tetap dengarlah dan taatilah dia"
(HR.Muslim/kitab Imaroh no.1838)
dalam lafadz lain
"ما أقادكم بكتاب الله
"Selama mereka memimpin kalian dengan kitabullah"

Nabi صلى الله عليه وسلم dalam hadits ini telah mensyaratkan untuk dengar dan taat hanya kepada pemimpin yang memimpin dengan kitabullah(AlQuran).

Berarti pemimpin yang bisa disebut ulil amri yang sah bukan hanya cukup muslim akan tetapi dia harus memimpin rakyatnya dengan Kitabullah.

Bagaimana anda bisa mengambil satu dalil dan mencampakan dalil yang lain??

والله أعلم

Senin, 10 Oktober 2016

INDAHNYA KEHIDUPAN BARZAH PARA SYUHADAA.

Allah Ta'alaa berfirman:
( وَلَا تَقُولُوا لِمَن يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِن لَّا تَشْعُرُونَ )
"Dan janganlah kalian mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kalian tidak menyadarinya."
[AlBaqoroh:  154]

لما ذكر تبارك وتعالى, الأمر بالاستعانة بالصبر على جميع الأمور ذكر نموذجا مما يستعان بالصبر عليه,
Setelah Allah تبارك وتعالى menyebutkan perintah untuk meminta tolong dengan sabar pada semua perkara, maka Allah pun menyebutkan sebuah contoh dari hal-hal yang dibutuhkan  padanya kesabaran,

 وهو الجهاد في سبيله, وهو أفضل الطاعات البدنية, وأشقها على النفوس, لمشقته في نفسه, ولكونه مؤديا للقتل, وعدم الحياة,
Yaitu:  Jihad dijalannya yang itu merupakan ketaatan fisik yang paling utama dan perkara yang paling berat bagi jiwa karena beratnya yang dirasakan bagi nafsunya dan karena berakibat terbunuh atau hilangnya kehidupan.
التي إنما يرغب الراغبون في هذه الدنيا لحصول الحياة ولوازمها، فكل ما يتصرفون به, فإنه سعى لها, ودفع لما يضادها.
Dimana orang-orang pecinta(Dunia) sangat menginginkan untuk mendapatkan kehidupan serta kebutuhan-kebutuhannya diDunia ini.
dengan mengorbankan segalanya untuk hal ini,
Dan berusaha keras untuk mendapatinya dan menjauhkan apa-apa yang berlawanan dengan(cita-cita)nya.
ومن المعلوم أن المحبوب لا يتركه العاقل إلا لمحبوب أعلى منه وأعظم،
Dan sudah menjadi perkara yang diketahui bahwa orang yang berakal tidaklah meninggalkan sesuatu yang dicintainya kecuali pada perkara yang lebih luhur dan besar baginya,

فأخبر تعالى: أن من قتل في سبيله, بأن قاتل في سبيل الله, لتكون كلمة الله هي العليا, ودينه الظاهر, لا لغير ذلك من الأغراض, فإنه لم تفته الحياة المحبوبة, بل حصل له حياة أعظم وأكمل, مما تظنون وتحسبون. فالشهداء
Maka Allah Ta'alaa mengabarkan bahwasannya orang yang terbunuh fisabilillah karena dia berperang dijalan Allah untuk meninggikan kalimat Allah(لاإله إلا الله) dan agar Diennya(islam) menang(berkuasa) dan bukan karena tujuan-tujuan selain itu,
Bahwa tidak akan luput darinya kehidupan yang ia cintai itu(Dunia) bahkan dia akan mendapati kehidupan yang lebih agung dan lebih mulia dari apa-apa yang kalian sangka dan kalian kira,
 (Allah Ta'alaa berfirman) bahwa para Syuhadaa:
{ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِين
"mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.
Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.
(QS:Ali Imraan:  169-171)

فهل أعظم من هذه المتضمنة للقرب من الله تعالى, وتمتعهم برزقه البدني في المأكولات والمشروبات اللذيذة, والرزق الروحي, وهو الفرح، والاستبشار وزوال كل خوف وحزن،
Maka apakah ada yang lebih agung dari perkara ini(terbunuh dijalan Allah) yang terkandung padanya kedekatan dengan Allah Ta'alaa dan Allah berikan kesenangan kepada mereka dengan rizqi jasmani seperti makanan-makanan dan minuman-minuman yang lezat dan rizqi rohani yaitu kebahagiaan dan kegembiraan dan hilangnya rasa takut dan sedih
وهذه حياة برزخية أكمل من الحياة الدنيا، بل قد أخبر النبي صلى الله عليه وسلم أن أرواح الشهداء في أجواف طيور خضر ترد أنهار الجنة, وتأكل من ثمارها, وتأوي إلى قناديل معلقة بالعرش.
Inilah kehidupan Alam Barzah yang paling sempurna dari pada kehidupan Dunia,
Bahkan Nabi صلى الله عليه وسلم mengabarkan bahwa ruh-ruh orang ysng mati syahid berada di perut burung-burung hijau yang mendatangi sungai-sungai disurga dan memakan dari buah-buahannya dan bernaung dilentera-lentera yang bergelantungan di Arsy
وفي هذه الآية, أعظم حث على الجهاد في سبيل الله, وملازمة الصبر عليه،
Dan pada ayat ini terdapat dorongan yang sangat besar untuk berjihad dijalan Allah dan senantiasa sabar atasnya
فلو شعر العباد بما للمقتولين في سبيل الله من الثواب لم يتخلف عنه أحد، ولكن عدم العلم اليقيني التام, هو الذي فتر العزائم, وزاد نوم النائم, وأفات الأجور العظيمة والغنائم،
Seandainya para hamba menyadari akan apa-apa yang diperoleh oleh orang-orang yang terbunuh dijalan Allah dari balasannya(yang besar) niscaya tidak seorangpun yang tidak ingin tertinggal darinya (jihad),
Akan tetapi tidak adanya ilmu yaqin  yang sempurna maka inilah yang membuat lemah tekad dan menambah lelap orang yang tidur sehingga luputlah pahala-pahala yang besar serta ghanimah
 لم لا يكون كذلك والله تعالى
Kenapa tidak ada (keinginan) seperti itu(jihad) padahal Allah Ta'alaa (berfirman)
قد{ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ …
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh.."
[Surat At-Tawbah 111]

 فوالله لو كان للإنسان ألف نفس, تذهب نفسا فنفسا في سبيل الله, لم يكن عظيما في جانب هذا الأجر العظيم،
Demi Allah, seandainya seseorang memilki satu juta nyawa lalu nyawanya hilang satu persatu dijalan Allah maka tidaklah lebih mulia(satu juta nyawa yang terbunuh dijalan Allah) dibanding pahala yang besar ini.
ولهذا لا يتمنى الشهداء بعدما عاينوا من ثواب الله وحسن جزائه إلا أن يردوا إلى الدنيا, حتى يقتلوا في سبيله مرة بعد مرة.
Oleh karena ini, tidaklah seseorang yang mati syahid berangan-angan (dengan hal lain) setelah mereka memperoleh ganjaran dan balasan baik dari Allah selain agar mereka dikembalikan keDunia sehingga mereka terbunuh dijalan Allah berkali-kali
وفي الآية, دليل على نعيم البرزخ...
Maka dalam ayat ini ada dalil akan kenikmatan Alam Barzah..

Diterjemahkan dari: [Tafsir AsSa'di / AlBaqoroh ayat 154]