Melaknat orang kafir dengan ta'yin saja terlarang bagaimana pula kita melaknat dengan ta'yin yaitu melaknat seseorang atau kelompok tertentu?
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَلَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ
“Pelaknatan terhadap seorang mukmin seperti membunuhnya”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6105 & 6653 dan Muslim no. 110].
وَلَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ
“Pelaknatan terhadap seorang mukmin seperti membunuhnya”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6105 & 6653 dan Muslim no. 110].
Di antara dalil larangan untuk melaknat:
Hadist dari Abdullah bin Umar
Hadist dari Abdullah bin Umar
أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ مِنَ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِنَ الْفَجْرِ، يَقُولُ: " اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا وَفُلَانًا، بَعْدَ مَا يَقُولُ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ "، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ إِلَى قَوْلِهِ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ
bahwasannya ia mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau mengangkat kepalanya dari rukuk yang terakhir shalat Shubuh, beliau berdoa : “Ya Allah, laknatlah Fulaan, Fulaan, dan Fulaan” – yaitu setelah beliau mengucapkan : “Sami’allaahu li-man hamidah, rabbanaa wa lakal-hamd”. Lalu Allah menurunkan ayat : ‘Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang dhalim’ (QS. Aali ‘Imraan : 128)”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 4070].
bahwasannya ia mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau mengangkat kepalanya dari rukuk yang terakhir shalat Shubuh, beliau berdoa : “Ya Allah, laknatlah Fulaan, Fulaan, dan Fulaan” – yaitu setelah beliau mengucapkan : “Sami’allaahu li-man hamidah, rabbanaa wa lakal-hamd”. Lalu Allah menurunkan ayat : ‘Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang dhalim’ (QS. Aali ‘Imraan : 128)”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 4070].
Berkata Syaikhul islam ibnu Taimiyah:
" واللعنة تجوز مطلقا لمن لعنه الله ورسوله ، وأما لعنة المعين فإن علم أنه مات كافرا جازت لعنته ، وأما الفاسق المعين فلا تنبغي لعنته لنهي النبي صلى الله عليه وسلم أن يلعن عبد الله بن حمار الذي كان يشرب الخمر ، مع أنه قد لعن شارب الخمر عموما..
"Boleh melaknat secara mutlaq(umum) bagi orang yang dilaknat Allah dan rasulnya dan adapun melaknat dengan ta'yin(menentukan/menunjuk) maka jika diketahui orang itu mati dalam keadaan kafir maka boleh melaknatnya, adapun terhadap orang fasiq tertentu maka tidak pantas untuk melaknatnya karena Nabi صلى الله عليه وسلم melarang untuk melaknat Abdullah bin himar yang yang meminum khamer padahal Nabi melaknat peminum khamer secara umum..."
(Majmu' AlFatawa, 6/511)
" واللعنة تجوز مطلقا لمن لعنه الله ورسوله ، وأما لعنة المعين فإن علم أنه مات كافرا جازت لعنته ، وأما الفاسق المعين فلا تنبغي لعنته لنهي النبي صلى الله عليه وسلم أن يلعن عبد الله بن حمار الذي كان يشرب الخمر ، مع أنه قد لعن شارب الخمر عموما..
"Boleh melaknat secara mutlaq(umum) bagi orang yang dilaknat Allah dan rasulnya dan adapun melaknat dengan ta'yin(menentukan/menunjuk) maka jika diketahui orang itu mati dalam keadaan kafir maka boleh melaknatnya, adapun terhadap orang fasiq tertentu maka tidak pantas untuk melaknatnya karena Nabi صلى الله عليه وسلم melarang untuk melaknat Abdullah bin himar yang yang meminum khamer padahal Nabi melaknat peminum khamer secara umum..."
(Majmu' AlFatawa, 6/511)
Berkata Syaikh Sholih Utsaimin:
" الفرق بين لعن المعين ولعن أهل المعاصي على سبيل العموم ؛ فالأول (لعن المعين) ممنوع ، والثاني (لعن أهل المعاصي على سبيل العموم) جائز ، فإذا رأيت محدثا ، فلا تقل- لعنك الله ، بل قل : لعنة الله على من آوى محدثا ، على سبيل العموم ، والدليل على ذلك أن النبي صلى الله عليه وسلم لما صار يلعن أناسا من المشركين من أهل الجاهلية بقوله : (اللهم ! العن فلانا وفلانا وفلانا ) نهي عن ذلك بقوله تعالى : ( ليس لك من الأمر شيء أو يتوب عليهم أو يعذبهم فإنهم ظالمون ) رواه البخاري"
"Perbedaan antara melaknat dengan ta'yin(menunjuk) dan melaknat secara umum terhadap ahli maksiat,
maka melaknat secara ta'yin ini dilarang adapun yang kedua (secara umum) itu boleh.
Jika engkau melihat bid'ah (pada seseorang) maka jangan katakan "semoga Allah melaknatmu(atau melaknat sifulan)", akan tetapi katakanlah "semoga Allah melaknat orang yang melakukan bid'ah" dalam bentuk umum.
Dan dalil dari hal tersebut bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم ketika beliau melaknat beberapa orang dari orang-orang musyrik jahiliyyah dengan ucapannya "Ya Allah laknatlah fulan dan fulan dan fulan" maka (Allah Ta'alaa) melarang hal tersebut dengan firmannya:
" Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim".[HR.Bukhori]
(Qoul Mufid/Syaikh sholih utsaimin, 1/226).
" الفرق بين لعن المعين ولعن أهل المعاصي على سبيل العموم ؛ فالأول (لعن المعين) ممنوع ، والثاني (لعن أهل المعاصي على سبيل العموم) جائز ، فإذا رأيت محدثا ، فلا تقل- لعنك الله ، بل قل : لعنة الله على من آوى محدثا ، على سبيل العموم ، والدليل على ذلك أن النبي صلى الله عليه وسلم لما صار يلعن أناسا من المشركين من أهل الجاهلية بقوله : (اللهم ! العن فلانا وفلانا وفلانا ) نهي عن ذلك بقوله تعالى : ( ليس لك من الأمر شيء أو يتوب عليهم أو يعذبهم فإنهم ظالمون ) رواه البخاري"
"Perbedaan antara melaknat dengan ta'yin(menunjuk) dan melaknat secara umum terhadap ahli maksiat,
maka melaknat secara ta'yin ini dilarang adapun yang kedua (secara umum) itu boleh.
Jika engkau melihat bid'ah (pada seseorang) maka jangan katakan "semoga Allah melaknatmu(atau melaknat sifulan)", akan tetapi katakanlah "semoga Allah melaknat orang yang melakukan bid'ah" dalam bentuk umum.
Dan dalil dari hal tersebut bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم ketika beliau melaknat beberapa orang dari orang-orang musyrik jahiliyyah dengan ucapannya "Ya Allah laknatlah fulan dan fulan dan fulan" maka (Allah Ta'alaa) melarang hal tersebut dengan firmannya:
" Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim".[HR.Bukhori]
(Qoul Mufid/Syaikh sholih utsaimin, 1/226).
Allah Ta'alaa berfirman
( يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ )
Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".
(QS.Shaff: 8)
( يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ )
Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".
(QS.Shaff: 8)
Berkata Syaikh Abdurahman AsSa'di رحمه الله تعالى
{ أي: بما يصدر منهم من المقالات الفاسدة، التي يردون بها الحق، وهي لا حقيقة لها، بل تزيد البصير معرفة بما هم عليه من الباطل،
"Maksudnya (mereka ingin memadamkan cahaya Allah) dengan maqalah-maqalah(perkataan/artikel-artikel) yang merusak yang dengan hal ini mereka bisa membantah haq, padahal maqalah-maqalah itu tidaklah benar bahkan menambah kejelasan terhadap kebatilan yang ada pada mereka".
(Tafsir asSa'di)
{ أي: بما يصدر منهم من المقالات الفاسدة، التي يردون بها الحق، وهي لا حقيقة لها، بل تزيد البصير معرفة بما هم عليه من الباطل،
"Maksudnya (mereka ingin memadamkan cahaya Allah) dengan maqalah-maqalah(perkataan/artikel-artikel) yang merusak yang dengan hal ini mereka bisa membantah haq, padahal maqalah-maqalah itu tidaklah benar bahkan menambah kejelasan terhadap kebatilan yang ada pada mereka".
(Tafsir asSa'di)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar