Selasa, 20 Desember 2016

NEGARA ISLAM MENURUT JUMHUR ULAMA


NEGARA ISLAM MENURUT PARA ULAMA.
Ibnu Qoyyim Al Jauzi رحمه الله تعالى berkata,
" قال الجمهور ، دار الإسلام في التي نزل بها المسلمون وجرت بها أحكام الإسلام ، وما لم تجر عليه أحكام الإسلام لم يكن دار إسلام وإن لاصقها ، فهذه الطائف قريبة إلى مكة جداً ولن تصر دار إسلام بفتح مكة " .
” Mayoritas ulama mengatakan bahwa Daarul Islam adalah negara yang dikuasai oleh umat Islam dan hukum-hukum Islam diberlakukan di negeri tersebut. Bila hukum-hukum Islam tidak diberlakukan, negara tersebut bukanlah Daarul Islam, sekalipun negara tersebut berdampingan dengan sebuah Daarul Islam. Contohnya adalah Thaif, sekalipun letaknya sangat dekat dengan Makkah, namun dengan terjadinya fathu Makkah ; Thaif tidak berubah menjadi Daarul Islam.”
[Ahkamu Ahli Dzimmah 1/366, Ibnu Qayyim, cet. Daarul Ilmi lil malayiin, 1983 M].
Imam Sarkhosi Al Hanafi رحمه الله berkata
" الدار تصير دار المسلمين بإجراء أحكام الإسلام " .
"Suatu negara berubah menjadi negara kaum muslimin dengan dipraktekkannnya hukum-hukum Islam."
[As Siyar Al Kabiir, 5/2197]
Al qhodi Abu Ya'la Al Hanbali رحمه الله تعالى berkata,
" كل دار كانت الغلبة فيها لأحكام الكفر دون أحكام الإسلام فهي دار كفر" .
"Setiap Negara yang hukum dominannya adalah hukum-hukum Kafir dan bukan hukum-hukum Islam maka itu adalah Daarul Kufr (Negara Kafir)."
[Al Mu'tamad fi Ushul Ad dien hal. 276, Daruul Masyriq, Beirut, 1974]
Ibnu Muflih Al Hanbali رحمه الله تعالى berkata,
" فكل دار غلب عليها أحكام المسلمين فدار الإسلام، وإن غلب عليها أحكام الكفار فدار الكفر ولا دار لغيرهما " .
"Setiap negri yang menguasai padanya hukum-hukum kaum muslimin maka itu adalah darul islam dan jika yang menguasainya adalah hukum-hukum kafir maka itu adalah Daarul kufr dan tidak ada Daar(Negara) selain keduanya."
[Al Aadaab As Syar'iyah wa Al Minah Al Mar'iyah hal.124]
Imam Ibnu Hazm رحمه الله تعالى berkata,
" لأن الدار إنما تنسب للغالب عليها والحاكم والمالك لها...".
” Karena sebuah negara dinisbahkan kepada pihak yang mendominasi, menguasai dan memiliki negara tersebut.”
[Al Muhalla 11/200].
Imam As Sarkhasi Al hanafi رحمه الله berkata,
" عند أبي حنيفة رحمه الله تعالى إنما تصير دارهم دار الحرب بثلاث شرائط : أحدها : أن تكون متاخمة أرض الترك ليس بينها وبين أرض الحرب دار للمسلمين ، والثاني : أن لا يبقى فيها مسلم آمن بإيمانه ، ولا ذمي آمن بأمانه ، والثالث : أن يظهروا أحكام الشرك فيها ، وعن أبي يوسف ومحمد رحمهما الله تعالى إذا أظهروا أحكام الشرك فيها فقد صارت دارهم دار حرب ; لأن البقعة إنما تنسب إلينا أو إليهم باعتبار القوة والغلبة ، فكل موضع ظهر فيه حكم الشرك فالقوة في ذلك الموضع للمشركين فكانت دار حرب ، وكل موضع كان الظاهر فيه حكم الإسلام فالقوة فيه للمسلمين..." .
" Menurut Abu Hanifah rahimahullah, sebuah negara berubah menjadi Daarul harbi dengan terpenuhinya tiga syarat, yaitu Pertama. Negara tersebut berbatasan langsung dengan Daarul kufri. Antara negara tersebut dengan Daarul harbi tidak diselingi oleh sebuah negara kaum muslimin. Kedua. Di negara tersebut tidak ada lagi orang Islam yang hidup aman dengan jaminan keimanan atau orang kafir dzimmi yang hidup aman dengan jaminan dzimmah. Ketiga. Penduduknya memberlakukan hukum-hukum syirik di negara tersebut. Menurut pendapat Abu Yusuf dan Muhammad (bin Hasan) rahimahumallah, jika penduduknya memberlakukan hukum-hukum syirik di negara tersebut, negara tersebut telah berubah menjadi Daarul harbi. Karena sebuah wilayah itu dinisbahkan kepada kita (umat Islam) atau kepada mereka (kaum kafir) berdasar faktor kekuatan dan dominasi. Setiap wilayah dimana hukum syirik mendominasi, maka kekuatan di wilayah tersebut berada di tangan orang-orang musyrik, sehingga otomatis negara tersebut merupakan Daarul harbi. Sebaliknya, setiap wilayah di mana yang berlaku adalah hukum-hukum Islam, kekuatan akan berada di tangan kaum muslimin.”
[Al Mabsuth, 10/114, As Sarkhasi, cet. Daarul ma’rifah].
Imam 'Al Kasani رحمه الله تعالى menyebutkan alasan kedua murid senior Abu Hanifah,
" إن كل دار مضافة إما إلى الإسلام وإما الكفر ، وإنما تضاف الدار إلى الإسلام إذا طبقت فيها أحكامه، كما الجنة دار السلام والنار دار البوار، لوجود السلامة في الجنة والبوار في النار، ولأن ظهور الإسل
ام أو الكفر بظهور أحكامها " .
” Sesungguhnya setiap negara itu dinisbahkan kepada Islam atau kekafiran. Sebuah negara hanya dinisbahkan kepada Islam jika hukum-hukum yang diberlakukan di negara tersebut adalah hukum-hukum Islam. Sebaliknya, sebuah negara dinisbahkan kepada kekafiran manakala hukum-hukum yang diberlakukan di negara tersebut adalah hukum-hukum kafir. Sebagaimana anda menyebut surga dengan istilah daarus salam, dan neraka dengan istilah Daarul Bawar, karena di surga ada salam (keselamatan) dan di neraka ada bawar (kesengsaraan). (Alasan lainnya adalah) juga karena Islam atau kekafiran itu mendominasi manakala hukum-hukum Islam atau hukum-hukum kekafiran mendominasi.”
[Bada-i’u Shanai’ 9/4375].
Al Alamah Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh رحمه الله تعالى  ditanya tentang hukum suatu Negara dan dan wajibkah hijrah dinegri-negri kaum muslimin yang dihukumi dengan undang-undang positif?
Beliau menjawab,
" البلد التي يحكم فيها بالقانون؛ ليست بلد إسلام، تجب الهجرة منها.
وكذلك إذا ظهرت الوثنية من غير نكير ولا غيرت؛ فتجب الهجرة.
فالكفر؛ بفشو الكفر وظهوره، هذه بلد كفر.
أما إذا كان قد يحكم فيها بعض الأفراد، أو وجود كفريات قليلة لا تظهر؛ فهي بلد إسلام. "
“Negeri yang dihukumi dengan Undang undang positif bukanlah negeri Islam dan wajib hijrah darinya. Demikian pula jika berhala-berhala nampak tanpa diingkari dan dirubah maka wajiblah hijrah. Kekufuran itu adalah dengan tersebarnya kekufuran, maka negeri ini sebagai negeri kafir”.
[fatawa dan risalah Syaikh Muhammad bin Ibrahim Ali Syaikh, dihimpun oleh Muhammad bin Abdurrahman bin Qasim cetakan 1399H Makkah Mukaramah juz 6/188]
Dan masih banyak yang lainnya dari kalangan ulama-ulama AlMu'tabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar