Sabtu, 31 Desember 2016

RIWAYAT LEMAH TAAT PENGUASA YANG MEMUKUL DAN MENGAMBIL HARTA


LEMAHNYA RIWAYAT ABU SALAM DARI HUDZAIFAH.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
« يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ ». قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ « تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ ».
“Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku dan tidak pula melaksanakan sunnahku. Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia. “
Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?”
Beliau bersabda, ”Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka memukul punggungmu dan mengambil hartamu, maka dengar dan ta’atlah.”
(HR. Muslim no. 1847)
Muslim meriwayatkan hadits ini dari jalur muawiyah bin salam, berkata, "telah menceritakan kepadaku Zaid bin Salam dari Abu salam dari Hudzaifah"
Hadist ini lemah secara sanad dan matan.
KELEMAHAN DARI SISI SANADNYA YANG MURSAL ATAU TERPUTUS.
Para ulama hadits mutaqoddimin menilai hadits ini Mursal (gugur perawinya atau terputus sanadnya).
AdDaruquthni رحمه الله berkata,
"أبو سلام لم يسمع من حذيفة، ولا من نظرائه الذين نزلوا العراق، لأن حذيفة توفي بعد قتل عثمان، رضي الله عنه، بليال".
"Abu salam tidak mendengar hadits dari hudzaifah dan juga dari orang yang semisalnya yang tinggal di Iraq dikarenakan Hudzaifah wafat beberapa malam setelah terbunuhnya Usman رضي الله عنه"
(Al Ilzaamaat wa AtTattabu', hal.182)
Ibnu Hajar رحمه الله berkata,
وقال ابن حجر في (تهذيب التهذيب 10/296): "أرسل عن حذيفة وأبي ذر وغيرهما".
"(Abu salam) memursalkan hadits dari Hudzaifah dan Abu dzar dan juga selain keduanya"
(Tahdzib AtTahdzib, juz.10/296)
Ad Dzahabi رحمه الله berkata,
"حدث عن: حذيفة، وثوبان، وعلي، وأبي ذر، وعمرو بن عبسة، وكثير من ذلك مراسيل، كعادة الشاميين يرسلون عن الكبار".
"(Abu salam) menceritakan dari Hudzaifah, Tsauban, Ali, Abu Dzar, Amr bin Absah dan banyak dari hal itu secara mursal seperti kebiasaan (perawi) dari Syam yang suka memursalkan hadits dari para pembesar-pembesar(shahabat)".
(Siyar 'Alaam An Nubalaa, jus.4/355)
KELEMAHAN DARI SEGI MAKNA ATAU MATAN
Hadits ini bertentangan dengan riwayat shohih perbuatan shahabat Abdullah bin Ash, takala Amir madinah ingin mengambil sebidang tanahnya untuk keperluan pemerintahan maka Abdullah bin Ash bersama orang-orangnya membawa senjata untuk berperang dan berkata,
"Aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata,
من قتل دون ماله فهو شهيد
"Barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka dia syahid"
(HR.Bukhori no.2348, Nasaai no.3547/3548, Abu daud no.4771)
Syaikh Muqbil Al Wadi رحمه الله berkata,
" وفي حديث حذيفة هذا زيادة ليست في حديث حذيفة المتفق عليه وهي قوله وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك! فهذه الزيادة ضعيفة لأنها من هذه الطريق المنقطعة".
"Dan didalam hadits Hudzaifah ini ada tambahan yang bukan terdapat dalam riwayat hadits hudzaifah yang disepakati(maknanya), yaitu perkataan,
" walaupun mereka memukul punggungmu dan mengambil hartamu"!, maka tambahan ini lemah dikarenakan diriwayatkan dari jalur yang terputus ini".
(Fi Tahqiiqihi 'ala Al Ilzaamaat wa At Tattabu' hal.182)
Tambahan:
jika seandainya hadits ini di anggap shohih maka maknanya bukanlah perintah untuk mentaati pemimpin yang berhukum dengan hukum Thogut,
karena tidak satupun Salafussholih yang memahami bahwa pemimpin yang zholim yang tidak mengambil sunnah dan petunjuk bermakna pemimpin yang berhukum thogut!!
Karena jelas dalam dalil yang Muhkam dan jelas bahwa kita dilarang mendekati Thogut, lalu bagaimana mungkin kita bisa taat dengan pemimpin berhukum Thogut?
Dan riwayat inipun bertentangan dengan jalur shohih dari muslim yang menjelaskan ketaatan kepada pemimpin zholim selama mereka berhukum dengan AlQuran dan Sunnah.
Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:
إن أُمِّر عليكم عبدٌ مجدَّع يقودكم بكتاب الله تعالى فاسمعوا له وأطيعوا
"Jika kalian dipimpin oleh budak Habasyi yang lumpuh yang dia memimpin kalian dengan kitabullah maka tetap dengarlah dan taatilah dia"
(HR.Muslim/kitab Imaroh no.1838)
dalam lafadz lain
"ما أقادكم بكتاب الله
"Selama mereka memimpin kalian dengan kitabullah"
Maka syarat dari pemimpin yang ditaati adalah pemimpin muslim yang berhukum dengan Kitabullah bukan dengan hukum thogut.
Karena pemimpin yang fajir dan ahli maksiat yang berhukum dengan kitabullah, maka kepemimpinannya dengan AlQuran dan Sunnah adalah untuk kemashlahatan kaum muslimin sedangkan kemaksiatannya untuk dia sendiri.

Kamis, 22 Desember 2016

POSISI IMAM SETELAH SHALAT?


POSISI IMAM SETELAH SHALAT?
Imam menghadapkan makmum setelah salam dan diam sebentar sebelum berbalik menghadap makmum dengan sedikit menghadap ke sebelah kanan
Dari Samurah bin Jundab رضي الله عنه berkata
«كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا صلَّى أقبل علينا بوجهه»
"Nabi صلى الله عليه وسلم apabila selesai shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada kami"
(HR.Bukhori, 845, Muslim, 2275)
Berkata Syaikh Abu Malik حفظه الله تعالى,
ويستحب أن يكون في استقباله لهم إلى جهة يمينه أقرب، فعن البراء قال:
"Di sunnahkan menghadapnya imam kepada mereka(makmum) ke arah kanan sedikit berdasar (riwayat) dari Baraa رضي الله عنه berkata,
«كنا إذا صلينا خلف رسول الله صلى الله عليه وسلم أحببنا أن نكون عن يمينه، يقبل علينا بوجهه ... الحديث»
"Kami jika shalat dibelakang Rasulullah صلى الله عليه وسلم kami suka untuk berada bagian sebelah kanan beliau karena beliau menghadap kepada kami wajahnya..."
(HR.Muslim, 709, Abu Daud, 615)
Catatan: "disunnahkan untuk berdiam sebentar sebelum menghadap makmum.
Berdasarkan hadits dari Ummi salamah رضي الله عنها
«أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يمكث في مكانه يسيرًا ...»
"Bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bahwa nabi berdiam sebentar ditempatnya(shalat)..."
(HR.Bukhori, 849, Abu daud, 1040, An Nasaai 3/67, Ibnu majah, 932)
Sumber:  Shohih fiqih sunnah/maa yaf'alu ba'da inqhidhoi aas sholah/Abu malik)

Selasa, 20 Desember 2016

NEGARA ISLAM MENURUT JUMHUR ULAMA


NEGARA ISLAM MENURUT PARA ULAMA.
Ibnu Qoyyim Al Jauzi رحمه الله تعالى berkata,
" قال الجمهور ، دار الإسلام في التي نزل بها المسلمون وجرت بها أحكام الإسلام ، وما لم تجر عليه أحكام الإسلام لم يكن دار إسلام وإن لاصقها ، فهذه الطائف قريبة إلى مكة جداً ولن تصر دار إسلام بفتح مكة " .
” Mayoritas ulama mengatakan bahwa Daarul Islam adalah negara yang dikuasai oleh umat Islam dan hukum-hukum Islam diberlakukan di negeri tersebut. Bila hukum-hukum Islam tidak diberlakukan, negara tersebut bukanlah Daarul Islam, sekalipun negara tersebut berdampingan dengan sebuah Daarul Islam. Contohnya adalah Thaif, sekalipun letaknya sangat dekat dengan Makkah, namun dengan terjadinya fathu Makkah ; Thaif tidak berubah menjadi Daarul Islam.”
[Ahkamu Ahli Dzimmah 1/366, Ibnu Qayyim, cet. Daarul Ilmi lil malayiin, 1983 M].
Imam Sarkhosi Al Hanafi رحمه الله berkata
" الدار تصير دار المسلمين بإجراء أحكام الإسلام " .
"Suatu negara berubah menjadi negara kaum muslimin dengan dipraktekkannnya hukum-hukum Islam."
[As Siyar Al Kabiir, 5/2197]
Al qhodi Abu Ya'la Al Hanbali رحمه الله تعالى berkata,
" كل دار كانت الغلبة فيها لأحكام الكفر دون أحكام الإسلام فهي دار كفر" .
"Setiap Negara yang hukum dominannya adalah hukum-hukum Kafir dan bukan hukum-hukum Islam maka itu adalah Daarul Kufr (Negara Kafir)."
[Al Mu'tamad fi Ushul Ad dien hal. 276, Daruul Masyriq, Beirut, 1974]
Ibnu Muflih Al Hanbali رحمه الله تعالى berkata,
" فكل دار غلب عليها أحكام المسلمين فدار الإسلام، وإن غلب عليها أحكام الكفار فدار الكفر ولا دار لغيرهما " .
"Setiap negri yang menguasai padanya hukum-hukum kaum muslimin maka itu adalah darul islam dan jika yang menguasainya adalah hukum-hukum kafir maka itu adalah Daarul kufr dan tidak ada Daar(Negara) selain keduanya."
[Al Aadaab As Syar'iyah wa Al Minah Al Mar'iyah hal.124]
Imam Ibnu Hazm رحمه الله تعالى berkata,
" لأن الدار إنما تنسب للغالب عليها والحاكم والمالك لها...".
” Karena sebuah negara dinisbahkan kepada pihak yang mendominasi, menguasai dan memiliki negara tersebut.”
[Al Muhalla 11/200].
Imam As Sarkhasi Al hanafi رحمه الله berkata,
" عند أبي حنيفة رحمه الله تعالى إنما تصير دارهم دار الحرب بثلاث شرائط : أحدها : أن تكون متاخمة أرض الترك ليس بينها وبين أرض الحرب دار للمسلمين ، والثاني : أن لا يبقى فيها مسلم آمن بإيمانه ، ولا ذمي آمن بأمانه ، والثالث : أن يظهروا أحكام الشرك فيها ، وعن أبي يوسف ومحمد رحمهما الله تعالى إذا أظهروا أحكام الشرك فيها فقد صارت دارهم دار حرب ; لأن البقعة إنما تنسب إلينا أو إليهم باعتبار القوة والغلبة ، فكل موضع ظهر فيه حكم الشرك فالقوة في ذلك الموضع للمشركين فكانت دار حرب ، وكل موضع كان الظاهر فيه حكم الإسلام فالقوة فيه للمسلمين..." .
" Menurut Abu Hanifah rahimahullah, sebuah negara berubah menjadi Daarul harbi dengan terpenuhinya tiga syarat, yaitu Pertama. Negara tersebut berbatasan langsung dengan Daarul kufri. Antara negara tersebut dengan Daarul harbi tidak diselingi oleh sebuah negara kaum muslimin. Kedua. Di negara tersebut tidak ada lagi orang Islam yang hidup aman dengan jaminan keimanan atau orang kafir dzimmi yang hidup aman dengan jaminan dzimmah. Ketiga. Penduduknya memberlakukan hukum-hukum syirik di negara tersebut. Menurut pendapat Abu Yusuf dan Muhammad (bin Hasan) rahimahumallah, jika penduduknya memberlakukan hukum-hukum syirik di negara tersebut, negara tersebut telah berubah menjadi Daarul harbi. Karena sebuah wilayah itu dinisbahkan kepada kita (umat Islam) atau kepada mereka (kaum kafir) berdasar faktor kekuatan dan dominasi. Setiap wilayah dimana hukum syirik mendominasi, maka kekuatan di wilayah tersebut berada di tangan orang-orang musyrik, sehingga otomatis negara tersebut merupakan Daarul harbi. Sebaliknya, setiap wilayah di mana yang berlaku adalah hukum-hukum Islam, kekuatan akan berada di tangan kaum muslimin.”
[Al Mabsuth, 10/114, As Sarkhasi, cet. Daarul ma’rifah].
Imam 'Al Kasani رحمه الله تعالى menyebutkan alasan kedua murid senior Abu Hanifah,
" إن كل دار مضافة إما إلى الإسلام وإما الكفر ، وإنما تضاف الدار إلى الإسلام إذا طبقت فيها أحكامه، كما الجنة دار السلام والنار دار البوار، لوجود السلامة في الجنة والبوار في النار، ولأن ظهور الإسل
ام أو الكفر بظهور أحكامها " .
” Sesungguhnya setiap negara itu dinisbahkan kepada Islam atau kekafiran. Sebuah negara hanya dinisbahkan kepada Islam jika hukum-hukum yang diberlakukan di negara tersebut adalah hukum-hukum Islam. Sebaliknya, sebuah negara dinisbahkan kepada kekafiran manakala hukum-hukum yang diberlakukan di negara tersebut adalah hukum-hukum kafir. Sebagaimana anda menyebut surga dengan istilah daarus salam, dan neraka dengan istilah Daarul Bawar, karena di surga ada salam (keselamatan) dan di neraka ada bawar (kesengsaraan). (Alasan lainnya adalah) juga karena Islam atau kekafiran itu mendominasi manakala hukum-hukum Islam atau hukum-hukum kekafiran mendominasi.”
[Bada-i’u Shanai’ 9/4375].
Al Alamah Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh رحمه الله تعالى  ditanya tentang hukum suatu Negara dan dan wajibkah hijrah dinegri-negri kaum muslimin yang dihukumi dengan undang-undang positif?
Beliau menjawab,
" البلد التي يحكم فيها بالقانون؛ ليست بلد إسلام، تجب الهجرة منها.
وكذلك إذا ظهرت الوثنية من غير نكير ولا غيرت؛ فتجب الهجرة.
فالكفر؛ بفشو الكفر وظهوره، هذه بلد كفر.
أما إذا كان قد يحكم فيها بعض الأفراد، أو وجود كفريات قليلة لا تظهر؛ فهي بلد إسلام. "
“Negeri yang dihukumi dengan Undang undang positif bukanlah negeri Islam dan wajib hijrah darinya. Demikian pula jika berhala-berhala nampak tanpa diingkari dan dirubah maka wajiblah hijrah. Kekufuran itu adalah dengan tersebarnya kekufuran, maka negeri ini sebagai negeri kafir”.
[fatawa dan risalah Syaikh Muhammad bin Ibrahim Ali Syaikh, dihimpun oleh Muhammad bin Abdurrahman bin Qasim cetakan 1399H Makkah Mukaramah juz 6/188]
Dan masih banyak yang lainnya dari kalangan ulama-ulama AlMu'tabar.

Minggu, 18 Desember 2016

TUJUAN JIHAD FI SABILILLAH


Jihad itu bukan tujuan
Hanya washilah.
Maka selama islam bisa jaya dengan tanpa jihad dan agama lain tunduk dgn islam maka tidak perlu jihad
Dan Berkuasanya islam ditempuh dgn dakwah dan jihad.
Jika dakwah tidak mampu maka cara ke 2
Adapun tujuan jihad adalah:
1- agar agama islam berkuasa.
Firman Allah Ta'alaa
( هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ )
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.
(At Taubah: 33)
Berkata Syaikh Abdurrahman As sa'di رحمه الله تعالى:
‏ أي‏:‏ ليعليه على سائر الأديان، بالحجة والبرهان، والسيف والسنان، وإن كره المشركون ذلك،..
"maksudnya adalah agar dia meninggikan agama Allah(islam) diatas semua agama yang lain dengan hujjah dan burhan(Dakwah) dan dengan pedang dan anak panah(jihad)."
2- menjaga kaum muslimin dari fitnah agama terutama fitnah aqidah syirik.
Firman Allah Ta'ala.
( وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ ۚ..
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah..."
(Al Anfaal: 39)
Berkata Syaikh as sa'di رحمه الله tentang ayat ini
Firman Allah:
‏{‏وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لا تَكُونَ فِتْنَةٌ‏}
"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah"
‏ أي‏:‏ شرك وصد عن سبيل اللّه، ويذعنوا لأحكام الإسلام،
Maksudnya(sampai tidak ada) kesyirikan dan penghalangan dari jalan Allah dan (sampai) mereka tunduk dengan hukum-hukum islam"
‏{‏وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ‏}‏
"dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah"
فهذا المقصود من القتال والجهاد لأعداء الدين، أن يدفع شرهم عن الدين، وأن يذب عن دين اللّه الذي خلق الخلق له، حتى يكون هو العالي على سائر الأديان‏.‏ ‏
"Maka ini adalah tujuan dari perang dan menjihadi musuh-musuh dien(islam) yaitu untuk menolak kejahatan mereka terhadap agama(islam) dan untuk melindungi agama Allah yang karenanya Allah menciptakan makhluq sehingga islam menjadi tinggi diatas semua agama-agama"
(Tafsir As sa'di/ Al anfaal: 39)
3- melindungi dan menolong orang-orang lemah.
Firman Allah Ta'alaa
(وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا)
"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!".
[ An-Nisa' 75]
Berkata As Sa'di رحمه الله تعالى tentang ayat ini.
، فصار جهادكم على هذا الوجه من باب القتال والذب عن عيلاتكم وأولادكم ومحارمكم،
"Maka jadilah jihad kalian dengan bentuk seperti ini adalah bentuk perang dan juga perlindungan terhadap keluarga kalian, anak-anak kalian dan mahram-mahram kalian"
(Tafsir as sa'di/ An Nisaa: 75)
4- menyaring orang beriman dengan orang munafiq.
Firman Allah Ta'ala:
(وَمَا أَصَابَكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ فَبِإِذْنِ اللَّهِ وَلِيَعْلَمَ الْمُؤْمِنِينَ * وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نَافَقُوا ۚ ..
Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman.
Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik...".
[Surat Aal-E-Imran 166 - 167]
Berkata Syaikh As Sa'di رحمه الله تعالى tentang tafsir ayat ini.
وأنه ليتبين بذلك المؤمن من المنافق
"..Bahwasanya agar menjadi jelas dengan  (jihad) itu akan orang beriman dan orang munafiq"
Dll.
Insyaa Allah bersambung.

Sabtu, 17 Desember 2016

MATI SYAHID LEBIH MULIA DARI SEMUA KEMATIAN


Ibnu Qoyyim Jauzi رحمه الله تعالى berkata:
ومن المعلوم أن الخلق كلهم يموتون وغاية هذا المؤمن أن يستشهد في الله وتلك أشرف الموتات وأسهلها فإنه لا يجد الشهيد من الألم إلا مثل ألم القرصة،  فليس في قتل شهيد مصيبة زائدة على ماهو معتاد لبني آدم فمن عد مصيبة هذا القتل أعظم من مصيبة الموت على الفراش فهو جاهل،  بل موت الشهيد من أيسر الميتات وأفضلها وأعلاها ، ولكن الفار يظن أنه بفراره يطول عمره،  فيتمتع بالعيش،  وقد أكذب الله سبحان اهذا الظن،  حيث يقول:
(قُلْ لَنْ يَنْفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِنْ فَرَرْتُمْ مِنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَإِذًا لَا تُمَتَّعُونَ إِلَّا قَلِيلًا)
[Surat Al-Ahzab 16]
فأخبر الله أن الفرار من الموت بالشهادة لاينفع فلا فائدة فيه وأنه لو نفع لم ينفع إلا قليلا إذ لا بد له من الموت فيفوته بهذا القليل ما هو خير منه وأنفع:  من حياة الشهيد عند ربه.
"Sudah hal yang maklum bahwasanya semua makhluk pasti akan mati dan cita-cita tertinggi seorang mukmin adalah mati syahid dijalan Allah, dan itu merupakan kematian yang paling mulia dan paling mudah, karena orang yang mati syahid tidaklah merasakan sakit kecuali seperti sakitnya cubitan, dan tidaklah terbunuhnya orang yang syahid menjadi musibah yang melebihi musibah yang biasa menimpa anak Adam, dan barangsiapa yang menganggap musibah terbunuh(syahid) ini sebagai (musibah) yang lebih besar dari musibah mati diatas kasur maka dia BODOH, bahkan mati syahid adalah kematian yang paling mudah, paling utama dan paling tinggi,
akan tetapi orang yang lari(dari jihad) menyangka bahwa dengan larinya bisa memanjangkan umurnya dan bisa bersenang-senang dengan kehidupan(Dunia), maka sungguh Allah سبحانه mendustakan sangkaan ini dengan firmannya:
"Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja".
(Al Ahdzaab: 16)
Maka Allah mengabarkan bahwa lari dari kematian untuk mendapatkan syahid tidaklah bermanfaat dan tidak berguna dan jikalau bermanfaat maka tidak ada manfaat kecuali sedikit, yang dimana diapun pasti akan mati juga, dan dia luput karena hal yang sedikit ini dengan apa-apa yang lebih baik dan lebih bermanfaat : (yaitu) dari kehidupan Syahid disisi Rabbnya"
(Ighotsatullahfan min mashoyidissyaithon/ Ibnu Qoyyim Al Jauziah/Darul hadits.Hal: 494)

Selasa, 13 Desember 2016

MENDAHULUKAN YANG LEBIH MASLAHAT


Kaidah ushul
Berkata Syaikh AbdurRahman as sa'di رحمه الله.
فإن تزاحم عدد المصالح  ....  يقدم الأعلى من المصالح.
"Jika berbenturan beberapa maslahat.....maka didahului maslahat yang paling tinggi"
فإن كانت إحدى المصلحتين واجبة والأخرى سنة قدم الواجب على السنة
"Jika ada dua mashlahat yang satu wajib dan yang lainnya sunnah maka dahulukan yang wajib diatas yang sunnah"
(Tambahan pent: Berdasarkan hadits qudsi perkataan Allah Ta'alaa:
ما تقرب إلي عبدي بشيئ أحب إلي مما افترضته عليه"
"Tidak sesuatu apapun yang mendekatkan bagi seorang hamba kepadaku yang lebih aku sukai (melebihi) dari perkara-perkara yang aku wajibkan kepadanya"(HR.Bukhori.6502)".)
(Syarah manzhumah qowa'id fiqhiyah/ As sa'di)
Berkata Syaikh alBassam رحمه الله تعالى
ففي العبادات تقدم الواجبات على المستحبات والامتثال تقدم طاعة الله على كل أحد ثم طاعة الوالدين على من سواهما وهكذا الأقرب فالأقراب في البر والإحسان
"Dalam perkara ibadah maka dahulukanlah perkara-perkara wajib diatas yang perkara-perkara  sunnah dan dalam ketaatan maka didahului ketaatan kepada Allah diatas ketaatan kepada siapapun kemudian ketaatan kepada kedua orang tua dalam perkara ma'ruf diatas ketaatan kepada selain keduanya.
Dan seperti ini pula berbuat baik dan ihsan maka terhadap yang lebih dekat dari kerabat.
(Taudihul ahkam/Al Bassam).
Berkata Syaikh sholih utsaimin رحمه الله تعالى dalam syarah mandzumah ushululfiqh wa qowa'iduh.hal 144.
"Dan kaidah ini telah telah dijelaskan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam sabdanya ketika seseorang bertanya kepadanya, "siapakah manusia yang paling berhak untuk diperlakukan dengan baik?"
Beliau menjawab, "ibumu kemudian ibumu kemudian ibumu" kemudian berkata yang ke empat "ayahmu"(Muttaffaq 'alaihi).

Rabu, 07 Desember 2016

KISAH WALA DAN BARAA

 .

Para salaf umat ini adalah orang-orang yang berlepas diri, benci dan memusuhi terhadap ahli kufr dan syirk.
berikut adalah beberapa kisah tentang wala dan baraa mereka terhadap orang-orang kafir.

1- kisah zaid bin datsanah رضي الله عنهseorang budak yang dibeli oleh Sufyan bin umayah, beberapa orang Quraisy membawanya ke tan'im untuk membunuhnya, Abu sufyan bin Harb bertanya kepadanya:
 أنشدك الله يا زيد أتحب محمداً عندنا الآن في مكانك نضرب عنقه وأنك في أهلك ؟
" demi Allah wahai Zaid, apakah kau mau jika seandainya Muhammad sekarang bersama kita dan menggantikan tempatmu dan kami bisa menebas lehernya lau engkau bisa kembali ke keluargamu?"
Zaid menjawab : "Demi Allah aku tidak ingin Muhammad ditempat yang terdapat padanya duri sehingga duri itu menyakitinya sedangkan aku duduk-duduk dikeluargaku"
maka abu Sufyan berkata :
ما رأيت من الناس أحداً يحب أحداً كحب أصحاب محمد محمداً.
"aku tidak mendapati seseorang mencintai seorang yang lain melebihi kecintaan para shahabat Muhammad" kemudian merekapun membunuh Zaid.
perhatikan Walaa dan Baraa Zaid!! dia tidak menginginkan seandainya ada duri menimpah Nabi Muhammad Saw apalagi dengan sesuatu yang lebih dari itu.(lihat Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam.4/125)

2- Kisah Abu Bakar AnNabulsi رحمه الله تعالى seorang yang zuhud, imam hadits dan Fiqih, ketika beliau ditangkap dan seorang pemimpin dari Bani Ubaid(yang beraqidah Bathiniyah) bertanya kepadanya.
بلغنا أنك قلت : إذا كان مع الرجل عشرة أسهم وجب أن يرمي في الروم سهماً وفينا تسعة
"telah sampai kepada kami, bahwa kamu mengatakan, "jika seseorang memiliki sepuluh anak panah maka wajib baginya untuk melemparkan sembilan anak panah itu kepada kami dan satunya kepada Ruum"
Berkata AlImaam AnNabulsi :
 بل قلت إذا كان معه عشرة أسهم وجب أن يرميكم بتسعة وأن يرمي العاشر فيكم أيضاً فإنكم غيرتم الملة وقتلتم الصالحين وادعيتم نور الإلهية .
"aku tidak mengatakan seperti ini akan tetapi aku katakan, "jika seseorang ada 10 anak panah maka wajib untuk melempar 9 anak panah untuk kalian dan melempar yang ke 10 kepada kalian juga karena kalilan telah merubah agama dan membunuh orang-orang sholih dan mengklaim cahaya ilahiyah"
kemudian beliau di salib dan dikuliti dari kepalanya dan beliau tetap sabar dengan terus membaca satu ayat:
{ كَانَ ذَلَكَ فِي الكِتَابِ مَسْطُوراً }
"dan hal itu telah ditulis didalam kitab (lauh alMahfudz)".
sampai ketika menguliti kulitnya sampai kepada dadanya maka algojo itu menusuk dadanya karena kasihan kepadanya.(lihat di Siyar "alam Nubala/AdDzahabi 16/ 148-150)

3-Seorang Shahabat Abu Ubaidah al jarrah رضي الله عنه yang membunuh ayahnya diperang Uhud (ada yang mengatakan perang Badr) dimana Abu ubaidah berusaha mencari-cari ayahnya sehingga dia membunuh ayahnya. dan ibnu mas'ud mengatakan bahwa Firman Allah Surat AlMujadalah ayat 22 :
 لا تجد قوماً يؤمنون بالله واليوم الآخر يوآدون من حاد الله ورسوله ولو كانوا آباءهم أو أبناءهم أو إخوانهم أو عشيرتهم ..)
  beliau mengatakan :
 نزلت في أبي عبيدة بن الجراح - رضي الله عنه - قتل أباه عبد الله بن الجراح
" ayat ini turun tentang Abu Ubaidah bin al jarrah رضي الله عنه yang membunuh ayahnya pada perang Uhud".
(lihat AlJami' LiAhkamilQuran/ AlQurtubi, 9/275-276

berkata syaikh bin baz رحمه الله تعالى:
فقد نشرت بعض الصحف المحليةِ تصريحاً لبعض الناس قال فيه ما نصه " إننا لا نكن العداء لليهود واليهودية وإننا نحترم جميع الأديان السماوية " .. ولما كان هذا الكلامُ في شأن اليهود واليهوديةِ يخالف صريحَ الكتاب العزيز والسنةِ المطهرة ويخالف العقيدةَ الإسلامية وهو صريح ُيخشى أن يغتر به بعض الناس رأيت التنبيهَ على ما جاء به من الخطأ نُصحاً لله ولعباده .. قد دل الكتابُ والسنةُ وإجماع المسلمين على أنه يجب على المسلمين أن يُعادوا الكافرين من اليهود والنصارى وسائر المشركين وأن يحذروا مودتَهم واتخاذَهم أولياء

"sungguh telah tersebar dikoran lokal ungkapan sebagian orang dan disebutkan padanya "Bahwa kami tidak akan memusuhi Yahudi dan Orang Yahudi dan bahwa kami menghormari seluruh agama-agama samawiyah"..dan perkataan ini tentang Yahudi dan orang Yahudi adalah menyelisihi AlQuran yang mulia dan Sunnah yang suci dan juga menyelisihi Aqidah Islam dan hal ini jelas dikhawatirkan sebagian orang(kaum muslimin) tertipu dengannya maka aku ingin memperingati atas kesalahan yang datang ini dalam rangkan menasehati karena Allah kepada hamba-hambanya..sungguh AlQuran dan Sunnah dan Ijma' kaum muslimin telah menunjukkan akan wajibnya bagi kaum muslimin untuk memusuhi orang-orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nasrani dan seluruh orang-orang musyrik dan agar mereka menjauhi dari berkasih sayang dan menjadikan mereka sebagai auliyaa" (Majmu' AlFatawa Mutanawwi' lls syaikh abdul Aziz bin baz, 2/173)


BOLEHKAH MELAKNAT SEORANG KAFIR??


Melaknat orang kafir dengan ta'yin saja terlarang bagaimana pula kita melaknat dengan ta'yin yaitu melaknat seseorang atau kelompok tertentu?
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَلَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ
“Pelaknatan terhadap seorang mukmin seperti membunuhnya”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6105 & 6653 dan Muslim no. 110].
Di antara dalil larangan untuk melaknat:
Hadist dari Abdullah bin Umar
أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ مِنَ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِنَ الْفَجْرِ، يَقُولُ: " اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا وَفُلَانًا، بَعْدَ مَا يَقُولُ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ "، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ إِلَى قَوْلِهِ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ
bahwasannya ia mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau mengangkat kepalanya dari rukuk yang terakhir shalat Shubuh, beliau berdoa : “Ya Allah, laknatlah Fulaan, Fulaan, dan Fulaan” – yaitu setelah beliau mengucapkan : “Sami’allaahu li-man hamidah, rabbanaa wa lakal-hamd”. Lalu Allah menurunkan ayat : ‘Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang dhalim’ (QS. Aali ‘Imraan : 128)”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 4070].
Berkata Syaikhul islam ibnu Taimiyah:
" واللعنة تجوز مطلقا لمن لعنه الله ورسوله ، وأما لعنة المعين فإن علم أنه مات كافرا جازت لعنته ، وأما الفاسق المعين فلا تنبغي لعنته لنهي النبي صلى الله عليه وسلم أن يلعن عبد الله بن حمار الذي كان يشرب الخمر ، مع أنه قد لعن شارب الخمر عموما..
"Boleh melaknat secara mutlaq(umum) bagi orang yang dilaknat Allah dan rasulnya dan adapun melaknat dengan ta'yin(menentukan/menunjuk) maka jika diketahui orang itu mati dalam keadaan kafir maka boleh melaknatnya, adapun terhadap orang fasiq tertentu maka tidak pantas untuk melaknatnya karena Nabi صلى الله عليه وسلم melarang untuk melaknat Abdullah bin himar yang yang meminum khamer padahal Nabi melaknat peminum khamer secara umum..."
(Majmu' AlFatawa, 6/511)
Berkata Syaikh Sholih Utsaimin:
" الفرق بين لعن المعين ولعن أهل المعاصي على سبيل العموم ؛ فالأول (لعن المعين) ممنوع ، والثاني (لعن أهل المعاصي على سبيل العموم) جائز ، فإذا رأيت محدثا ، فلا تقل- لعنك الله ، بل قل : لعنة الله على من آوى محدثا ، على سبيل العموم ، والدليل على ذلك أن النبي صلى الله عليه وسلم لما صار يلعن أناسا من المشركين من أهل الجاهلية بقوله : (اللهم ! العن فلانا وفلانا وفلانا ) نهي عن ذلك بقوله تعالى : ( ليس لك من الأمر شيء أو يتوب عليهم أو يعذبهم فإنهم ظالمون ) رواه البخاري"
"Perbedaan antara melaknat dengan ta'yin(menunjuk) dan melaknat secara umum terhadap ahli maksiat,
maka melaknat secara ta'yin ini dilarang adapun yang kedua (secara umum) itu boleh.
Jika engkau melihat bid'ah (pada seseorang) maka jangan katakan "semoga Allah melaknatmu(atau melaknat sifulan)", akan tetapi katakanlah "semoga Allah melaknat orang yang melakukan bid'ah" dalam bentuk umum.
Dan dalil dari hal tersebut bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم ketika beliau melaknat beberapa orang dari orang-orang musyrik jahiliyyah dengan ucapannya "Ya Allah laknatlah fulan dan fulan dan fulan" maka (Allah Ta'alaa) melarang hal tersebut dengan firmannya:
" Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim".[HR.Bukhori]
(Qoul Mufid/Syaikh sholih utsaimin, 1/226).

Allah Ta'alaa berfirman
( يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ )
Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".
(QS.Shaff:  8)
Berkata Syaikh Abdurahman AsSa'di رحمه الله تعالى
{ أي: بما يصدر منهم من المقالات الفاسدة، التي يردون بها الحق، وهي لا حقيقة لها، بل تزيد البصير معرفة بما هم عليه من الباطل،
"Maksudnya (mereka ingin memadamkan cahaya Allah) dengan maqalah-maqalah(perkataan/artikel-artikel) yang merusak yang dengan hal ini mereka bisa membantah haq, padahal maqalah-maqalah itu tidaklah benar bahkan menambah kejelasan terhadap kebatilan yang ada pada mereka".
(Tafsir asSa'di)

Selasa, 06 Desember 2016

BACAAN ALFATIHAH MAKMUM DIBELAKANG IMAM


BACAAN ALFATIHAH MAKMUM DIBELAKANG IMAM?
Dalam hal ini ada 3 pendapat:
1- Makmum tidak perlu membaca baik imam jahr atau sirr.
Ini adalah pendapat Abu hanifah dan murid-muridnya kecuali Muhammad bin hasan.
2- Makmum hanya boleh membaca pada saat imam membaca sirr.
Ini adalah pendapat AdZuhri, Malik, dan AsSyafi'i dalam qoul qodimnya, ibnu AlMubarak dan Ahmad bin hanbal dan Ibnu Taimiyah.
3- Makmum wajib membaca ketika imam jahr dan sirr.
Ini adalah pendapat imam syafii dalam qoul jadid dan ibnu hazm dan telah memilihnya AsSyaukani dan Syaikh Utsaimin.
Dan pendapat ketiga adalah yang lebih kuat dengan hujjah berikut:
1- Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب
"Tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca surat alFatihah"(Muttaffaq 'Alaihi)
2- Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم dari Abu Hurairah:
من صلى صلاة لم يقرأ فيها بأم القران فهي خداج-ثلاثا- غير تامام" فقيل لأبي هريرة: إنا نكون وراء الامام؟ فقال اقرأ بها في نفسك..."
"Barangsiapa shalat dan tidak membaca AlFatihah padanya maka shalatnya buntung-beliau mengulang 3 kali- dan tidak sempurna"
Maka dikatakab kepada Abu huroirah, "bagaimana jika kami dibelakang imam?" Abu Hurairoh menjawab "bacalah surat itu(alfatihah) untuk dirimu sendiri(sirr)".
(HR.Muslim dan AshabusSunan).
3- ketika Rasulullah melarang shahabat yang membaca quran dibelakang imam beliau bersabda:
فلا تفعلوا إلا أن يقرأ أحدكم بأم الكتاب
"Jangan kalian lakukan hal itu kecuali salah seorang kalian membaca AlFatihah" (HR.Ahmad dan Bukhori dalam "Juz'ilQuran" dan Baihaqi).
Diringkas dari kitab shohih fiqih sunnah, bab shalat,  karangan Syaikh Abu malik.
Tambahan pent:
Dalil kewajiban membaca alFatihah adalah bentuk syarat yaitu "لا صلاة"(tidak ada sholat) yang didahului oleh لا (laa nafiyah lill jinsi) yang makna mutlaqnya  "tidak sah shalat"
Jika tidak sah shalat maka alfatihah adalah syarat,
dan syarat lebih kuat dari Amer atau perintah.
Karena Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ،
Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakanlah semampu kalian’.”
[Diriwayatkan oleh al-Bukhâri dan Muslim].
Jika terjadi pertentangan antara syarat dan perintah maka didahulukan syarat.
Maka wajibnya membaca AlFatihah dan perintah mendengar tanpa membaca ketika imam jahr itu dimaksudkan untuk surat-surat lain selain Fatihah.
والله أعلم بالصواب