Minggu, 14 Oktober 2018

Faedah dari kisah tiga orang dari Bani Israil

Ada kisah tiga orang dari Bani Israil, ketiganya diberi ujian harta oleh Allah. Ketiganya sama-sama sukses, namun dua orang enggan bersyukur dan menganggap nikmat adalah karena hasil usahanya. Sedangkan satunya lagi benar-benar hamba yang pandai bersyukur dan ia pun menyandarkan nikmat pada Allah.

Kisah Tiga Orang Bani Israil: Berpenyakit Kulit, Kebotakan dan Buta

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ ثَلاَثَةً مِنْ بَنِي إِسْرَائِيْلَ أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى،

فَأَرَادَ اللهُ أَنْ يَبْتَلِيَهُمْ، فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا،

“Sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil, yaitu: penderita penyakit kulit[1], punya penyakit kebotakan (sebagian rambut kepalanya botak, -pen) dan orang buta. Kemudian Allah Ta’ala ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka seorang malaikat.

فَأَتَى اْلأَبْرَصَ، فَقَالَ: أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟،

قَالَ: لَوْنٌ حَسَنٌ، وَجِلْدٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّي الَّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسَ بِهِ،

قَالَ: فَمَسَحَهُ، فَذَهَبْ عَنْهُ قَذَرُهُ، فَأُعْطِيَ لَوْنًا حَسَنًا وَجِلْدًا حَسَنًا،

قَالَ: فَأَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟

قَالَ: اْلإِبِلُ أَوِ الْبَقَرُ – شّكٌّ إِسْحَاقُ – فَأُعْطِيَ نَاقَة  عُشْرَاءَ،

فَقَالَ: بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيْهَا.

Maka datanglah malaikat itu kepada orang pertama yang menderita penyakit kulit dan bertanya kepadanya, “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Rupa yang bagus, kulit yang indah, dan penyakit yang menjijikkan banyak orang ini hilang dari diriku”. Maka diusaplah orang tersebut, dan hilanglah penyakit itu, serta diberilah ia rupa yang bagus, kulit yang indah.  Malaikat itu bertanya lagi kepadanya, “Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi?” Ia menjawab, “Unta atau sapi.” Maka diberilah ia seekor unta yang sedang bunting, dan ia pun didoakan, “Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu dengan unta ini.”

قَالَ: فَأَتَى اْلأَقْرَعَ، فَقَالَ: أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟

قَالَ: شَعْرٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّي الَّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ بِهِ،

فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ عَنْهُ قَذَرُهُ، وَأُعْطِيَ شَعْرًا حَسَنًا،

فَقَالَ: أَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟،

قَالَ: الْبَقَرُ أَوِ اْلإِبِلُ، فَأُعْطِيَ بَقَرَةً حَامِلاً، قَالَ: بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيْهَا.

Kemudian Malaikat tadi mendatangi orang yang punya penyakit kebotakan, dan bertanya kepadanya, “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Rambut yang indah, dan apa yang menjijikkan banyak orang ini hilang dari diriku”. Maka diusaplah kepalanya, dan seketika itu hilanglah penyakitnya, serta diberilah ia rambut yang indah. Malaikat tadi bertanya lagi kepadanya, “Harta apakah yang kamu senangi?” Ia menjawab, “Sapi atau unta.” Maka diberilah ia seekor sapi yang sedang bunting dan didoakan, “Semoga Allah memberkahimu dengan sapi ini.”

فَأَتَى اْلأَعْمَى، فَقَالَ: أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟،

قَالَ: أَنْ يُرِدِ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي فَأَبْصَرَ بِهِ النَّاسَ،

فَمَسَحَهُ، فَرَدَّ اللهُ إِلَيْهِ بَصَرَهُ، قَالَ: فَأَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟،

قَالَ: الْغَنَمَ، فَأُعْطِيَ شَاةً وَالِدًا.

Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang buta, dan bertanya kepadanya, “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang.” Maka diusaplah wajahnya, dan seketika itu dikembalikan oleh Allah penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi kepadanya: “Harta apakah yang paling kamu senangi?” Ia menjawab: “Kambing.” Maka diberilah ia seekor kambing yang sedang bunting.

فَأُنْتِجَ هَذَانِ وَوَلَّدَ هَذَا، فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنَ اْلإِبِلِ،

وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْبَقَر، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْغَنَمِ.

Lalu berkembangbiaklah unta, sapi dan kambing tersebut, sehingga yang pertama memiliki satu lembah unta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata selanjutnya,

ثُمَّ إِنَّهُ أَتَى اْلأَبْرَصَ فِي صُوْرَتِهِ وَهَيْئَتِهِ،

قَالَ: رَجُلٌ مِسْكِيْنٌ قَدِ انْقَطَعَتْ بِيَ الْحِبَالُ فِي سَفَرِي،

فَلاَ بَلاَغَ لِيَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللهِ ثُمَّ بِكَ،

أَسْأَلُكَ بِالَّذِي أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الْحُسْنَ وَالْجِلْدَ الْحُسْنَ وَالْمَالَ،

بَعِيْرًا أَتَبَلَّغُ بِهِ فِي سَفَرِي،

فَقَالَ: الْحُقُوْقُ كَثِيْرَةٌ،

فَقَالَ لَهُ: كَأَنِّي أَعْرَفْكَ! أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ يَقْذَرُكَ النَّاسُ، فَقِيْرًا فَأَعْطَاكَ اللهُ الْمَالَ؟،

فَقَالَ: إِنَّمَا وَرَثْتُ هَذَا الْمَالَ كَابِرًا عَنْ كَابِرٍ،

فَقَالَ: إِنْ كُنْتَ كاَذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ.

“Kemudian, datanglah Malaikat itu kepada orang  yang sebelumnya menderita penyakit kulit, dengan menyerupai dirinya (yakni di saat ia masih dalam keadaan berpenyakit kulit, -pen), dan berkata kepadanya, “Aku seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan anda. Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang tampan, kulit yang indah, dan kekayaan ini, aku minta kepada anda satu ekor unta saja untuk bekal meneruskan perjalananku.” Tetapi dijawab, “Hak-hak (tanggunganku) masih banyak.” Malaikat tadi berkata kepadanya, “Sepertinya aku pernah mengenal Anda, bukankah Anda ini dulu orang yang menderita penyakit kulit, yang orang-orang pun jijik melihat anda, lagi pula anda miskin, kemudian Allah memberikan kepada anda harta kekayaan?” Dia malah menjawab, “Harta kekayaan ini aku warisi turun-temurun dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat.” Maka  malaikat tadi beytrkata kepadanya, “Jika Anda berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan Anda kepada keadaan Anda semula.”

قَالَ: وَأَتَى اْلأَقْرَعَ فِي صُوْرَتِهِ،

فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَ لِهَذَا، وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ عَلَيْهِ هَذَا،

فَقَالَ: إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ.

Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya berpenyakit kebotakan, dengan menyerupai dirinya (di saat masih berpenyakit itu), dan berkata kepadanya sebagaimana ia berkata kepada orang yang pernah menderita penyakit kulit, serta ditolaknya sebagaimana ia telah ditolak oleh orang yang pertama. Maka malaikat itu berkata, “Jika Anda berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan Anda seperti keadaan semula.”

قَالَ: وَأَتَى اْلأَعْمَى فِي صُوْرَتِهِ،

فَقَالَ: رَجُلٌ مِسْكِيْنٌ وَابْنُ سَبِيْلٍ قَدِ انْقَطَعَتْ بِيَ الْحِبَالِ فِي سَفَرِي،

فَلاَ بَلاَغَ لِيَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللهِ ثُمَّ بِكَ،

أَسْأَلُكَ بِالَّذِي رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِي سَفَرِي،

فَقَالَ: قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي، فَخَذَ مَا شِئْتَ، وَدَعْ مَا شِئْتَ،

فَوَاللهِ لاَ أَجْهَدُكَ الْيَوْمَ بِشَيْءٍ أَخَذْتَهُ للهُ،

فَقَالَ: أَمْسِكْ مَالَكَ، فَإِنَّمَا ابْتُلِيْتُمْ،

فَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنْكَ وَسَخَطُ عَلَى صَاحِبَيْكَ

Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya buta, dengan menyerupai keadaannya dulu (di saat ia masih buta), dan berkata kepadanya, “Aku adalah orang yang miskin, kehabisan bekal dalam perjalanan, dan telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga aku tidak dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini, kecuali dengan pertolongan Allah kemudian pertolongan Anda. Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan Anda, aku minta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku.” Maka orang itu menjawab, “Sungguh aku dulunya buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang Anda sukai, dan tinggalkan apa yang tidak Anda sukai. Demi Allah, sekarang ini aku tidak akan mempersulit Anda dengan memintamu mengembalikan sesuatu yang telah Anda ambil karena Allah.” Maka malaikat tadi berkata, “Peganglah kekayaan Anda, karena sesungguhnya kalian ini hanya diuji oleh Allah. Allah telah ridha kepada Anda, dan murka kepada kedua teman Anda.” (HR. Bukhari no. 3464 dan Muslim no. 2964).

: Pelajaran yang diambil dalam hadits di atas👆🏾

1- Bolehnya mengkisahkan umat sebelumnya sebagai nasehat dan mengambil pelajaran.

2- orang yang sakit kulit dan botak keduanya memiliki sifat tamak, dimana siAbrosh(yang berpenyakit kulit) berkata
لونٌ حسنٌ
"(Aku ingin) kulit yang indah"
dan sibotak berkata:
شعر حسنٌ
"(Aku ingin) rambut yang indah."
Namun berbeda dengan si buta, padanya ada sifat tawadhu dan qana'ah oleh karena itu dia berkata:
يَرُدُّ اللَّهُ إِلَيَّ بَصَرِي فَأُبْصِرُ بِهِ النَّاسَ
"Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang."

Dia tidak mengatakan
"Aku ingin penglihatan yang tajam dan kuat"

3- Bahwasannya para malaikat ini mengusap bagian-bagian yang sakit ini; kemudian sembuh, dan hal ini kenunjukkan bahwa kesembuhan juga harus melakukan sebab-sebab yang diperbolehkan.

4- Bahwa pilihan Sikusta untuk memiliki unta menunjukkan bahwa padanya ada sifat sombong karena pada unta itu ada sifat besar  dan keras(angkuh).
Oleh karena itu Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
:«الْفَخْرُ وَالْخُيَلَاءُ فِي أَهْلِ الْإِبِلِ
"Berbangga-banga dan kesombongan ada pada pemilik unta"
Disisi lain sibuta memiliki sifat Qana'ah sehingga dia memilih kambing dan Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
«الغَنَمُ بَرَكَة»
"Kambing itu ada keberkahan"

Dan beliau berkata:
«السَّكِينَةُ في أَهْلِ الْغَنَمِ»
"Ketenangan ada pada pemilik kambing"

5- Si Kusta dan si botak menisbatkan nikmat kepada selain Allah عز وجل dan berkata:
ورثت هذا المال كابراً عن كابر،
"Aku warisi harta ini turun temurun dari orang-orang tua kami yang mulia"

Perbuatan ini seperti  Firman Allah تعالى
(قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ..
Dia (Karun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.”
[Surat Al-Qashash 78]

Sesungguhnya orang yang menyandarkan nikmat kepada perbuatannya atau usahanya maka hal ini adalah bentuk syirik Rububiyyah"

Seandainya seseorang mengatakannya hanya dalam bentuk menkabaran maka boleh,
(Seperti mengatakan):
Aku mendapat warisan "harta ini dari ayahku"
Hal ini boleh(pent: tanpa meyaqini sebab utama, karena sebab utamanya adalah Allah).
Karena
syariat telah menjadikannya sebab didalam memiliki harta.

6- Si buta telah menggabungkan syukur dengan hati, lisan dan anggota badan.

Syukur hati tampak dari  perkataannya:
فَوَاللَّهِ لَا أَجْهَدُكَ الْيَوْمَ بِشَيْءٍ أَخَذْتَهُ لِلَّهِ
"Demi Allah, sekarang aku tidak akan mempersulit anda  dengan sesuatu yang akan kau mengambilnya karena Allah."
Dan kata-kata ini menunjukan tanda ikhlas yang ada dalam hatinya.

Syukur dengan lisan, tampak dari perkataannya:
  قد كنت أعمى فرد الله علي بصري
"Sungguh aku dulunya buta lalu Allah عز وجل mengembalikan penglihatanku"

Syukur dengan anggota badan tampak dalam perkataannya,
«خذ ما شئت»
"Maka ambillah apa yang anda sukai."

7- Boleh seseorang berdoa dengan doa ta'liq(mengkaitkan dengan sesuatu), seperti doa malaikat,
إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ
"Jika engkau dusta niscaya Allah akan mengembalikan anda seperti keadaan semula"

Dan Ta'liq juga ada dalam hadits doa istikharah
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ...
"Ya Allah jika engkau memang mengetahui bahwa perkara ini baik untuk ku dan kehidupanku dan kesudahannya dari perkaraku Maka taqdirkan untukku dan mudahkan aku, kemudia berkahi aku padanya.."

8-  Boleh menyebut "teman" bagi orang yang belum berteman, namun sama-sama ada kesamaan pada hal tertentu.
Sebagaimana perkataan malaikat kepada sibuta ini:
فَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنْكَ وَسَخِطَ عَلَى صَاحِبَيْكَ
"Sesungguhnya Allah telah ridho kepadamu dan murka kepada kedua temanmu"

Karena dia sama-sama dengan dua orang itu(sikusta dan sibotak) dalam ujian.

9- Bahwa ujian terkadang dengan nikmat.

Allah تعالى berfirman:
ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
... Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.
[Surat Al-Anbiya' 35]

10- Bahwa Berkembangnya(usaha) yang sesungguhnya adalah pada keberkahannya tanpa melihat banyaknya dan bentuk hartanya;
oleh karena itu sibuta berkata:
فَخُذْ مَا شِئْتَ وَدَعْ مَا شِئْتَ
"Ambilah yang engkau kehendaki dan tinggalkan yang engkau kehendaki"

Sehingga Allah عز وجل memberikan keberkahan atasnya dan mengekalkan hartanya dan dan membinasakan kepada kedua temannya(si kusta dan si botak)

11- Jika berkata "karena Allah عز وجل " kemudian ingin menyebutkan seseorang dari makhluqnya maka wajib mengucapakan

«بالله ثم بك»
"Karena Allah kemudian karena anda"

sebagaimana perkataan malaikat.
Adapun mengatakan
«بالله وبك»
"Karena Allah dan karena anda"

Maka ini syirik kecil, jika dia memaksudkan penyekutuan ini permisalan seperti Allah عز وجل maka menjadi Syirik Besar.

12- Bahwa malaikat bertawasul dengan perbuatan Allah عز وجل,  yaitu dari perbuatannya عز وجل yang telah mengembalikan penglihatan sibuta dan bahwa Allah yang yang telah memberikan mereka harta, oleh karena itu, boleh bertawasul dengan perbuatan-perbuatan Allah dan hal itu dari rentetan tawasul dengan sifat-sifat Allah karena perbuatan Allah merupakan sifat bagi Allah.

Tawassul yang diperbolehkan ada 3 macam:

1- Tawassul dengan nama-nama Allah yang baik dan sifat-sifatnya.

2- Tawassul dengan doa orang shalih dan bukan dengan zatnya.

3- Tawassul dengan amal shalih yang pernah dilakukan orang yang berdoa.

Adapun bentuk-bentuk tawassul selain ini tidak boleh.

13- Bahaya pelit, karena si kusta dan si botak pelit, sehingga kesudahannya adalah binasa dan habis.
Allah تعالى berfirman:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ۖ...
Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka....
[Surat Ali 'Imran 180]

14- Balasan sesuai dengan jenis amal yang dilakukan.
Balasan orang baik dan dermawan adalah dikekalkan hartanya.
Dan balasan orang yang pelit seperti si kusta dan si botak dilenyapkan hartanya.

Sumber tulisan ini dari Syarah kitab tauhid oleh Syaikh Zaed AlBahri حفظه الله تعالى

Tidak ada komentar:

Posting Komentar