Sabtu, 16 November 2019

HUKUM SHALAT BERSAMA IMAM TAPI NIAT MUFARRAQAH MENURUT SALAF

HUKUM ORANG YANG SALAT WAJIB BERSAMA IMAM AKAN TETAPI DARI AWAL BERNIAT SALAT SECARA SENDIRI TIDAK BERMAKMUM KEPADA IMAM ITU

Ini diperbolehkan oleh Al-Imam Ahmad rahimahullah sebagaimana yang dihikayatkan oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughniy dan diperbolehkan oleh ahli fiqh yang lainnya. 

يقول ابن قدامة:
( 1129 ) فَصْلٌ : وَإِذَا أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ وَالْإِنْسَانُ فِي الْمَسْجِدِ ، وَالْإِمَامُ مِمَّنْ لَا يَصْلُحُ لِلْإِمَامَةِ ، فَإِنْ شَاءَ صَلَّى خَلْفَهُ ، وَأَعَادَ وَإِنْ نَوَى الصَّلَاةَ وَحْدَهُ ، وَوَافَقَ الْإِمَامَ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَالْقِيَامِ وَالْقُعُودِ ، فَصَلَاتُهُ صَحِيحَةٌ ؛ لِأَنَّهُ أَتَى بِأَفْعَالِ الصَّلَاةِ وَشُرُوطِهَا عَلَى الْكَمَال,

Ibnu Qudamah berkata: "(1129) Pasal: Jika seseorang di dalam masjid saat diiqamahkan salat, sedangkan imamnya adalah orang yang tidak layak menjadi imam, jika dia mau, dia dapat salat dibelakangnya lalu mengulangnya, dan jika dia mau, dia meniatkan salat secara bersendirian (munfarid) akan tetapi membarengi imam dalam rukuk, sujud, berdiri, dan duduknya, maka salatnya sah; karena dia telah melakukan perbuatan-perbuatan dan syarat-syaratnya secara sempurna,"

قَالَ الْأَثْرَمُ : قُلْت لِأَبِي عَبْدِ اللَّهِ : الرَّجُلُ يَكُونُ فِي الْمَسْجِدِ ، فَتُقَامُ الصَّلَاةُ ، وَيَكُونُ الرَّجُلُ الَّذِي يُصَلِّي بِهِمْ لَا يَرَى الصَّلَاةَ خَلْفَهُ ، وَيُكْرَهُ الْخُرُوجُ مِنْ الْمَسْجِدِ بَعْدَ النِّدَاءِ ؛ لِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يَصْنَعُ ؟ قَالَ : إنْ خَرَجَ كَانَ فِي ذَلِكَ شُنْعَةٌ ، وَلَكِنْ يُصَلِّي مَعَهُ ، وَيُعِيدُ ، وَإِنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّيَ بِصَلَاتِهِ ، وَيَكُونَ يُصَلِّي لِنَفْسِهِ ، ثُمَّ يُكَبِّرُ لِنَفْسِهِ وَيَرْكَعُ لِنَفْسِهِ ، وَيَسْجُدُ لِنَفْسِهِ ، وَلَا يُبَالِي أَنْ يَكُونَ سُجُودُهُ مَعَ سُجُودِهِ ، وَتَكْبِيرُهُ مَعَ تَكْبِيرِهِ .

"Al-Atsram berkata: 'Aku bertanya kepada Abu abdillah (Al-Imam Ahmad): 'Seseorang berada di dalam masjid lalu diiqamahkan shalat dan (ternyata) orang yang menjadi imam adalah orang yang dianggap tidak sah salat di belakangnya, namun dia enggan untuk keluar masjid setelah azan berdasarkan sabda Nabi صلى الله عليه وسلم   (tentang larangan keluar masjid setelah azan) lalu apa yang harus dia perbuat?
Beliau (Al-Imam Ahmad) menjawab: 'Jika dia keluar, pada hal tersebut ada keburukan, akan tetapi dia ikut shalat bersamanya namun mengulang (salat)-nya,  dan jika dia mau, dia bisa salat seperti salatnya namun dia salat untuk dia sendiri (munfarid) dan dia takbir untuk dia sendiri dan dia rukuk dan sujud untuk dia sendiri dan dia tidak perlu memikirkan jika sujudnya bersamaan dengan sujudnya dan takbirnya bersamaan dengan takbirnya (imam).'"

Abdul Baqi berkata di dalam syarah mukhtashar Khalil:

 أن يتابعه في أفعاله ولا يتحمل الإمام عنه شيئًا من السهو، ويأتي في صلاته بما تتوقف صحتها عليه، فهو إنما يتابعه صورة لا حقيقة، وهذه لا يشترط فيها نية الاقتداء، وصلاته صحيحة بدونها. وإنما يلجأ لهذه الحالة غالبًا من يعلم من حال الإمام ما يقدح في صحة صلاته ويخشى ضررًا لو صلى منفردًا عنه.

"Dia mengikuti imam dalam perbuatan-perbuatan (zhahir)-nya akan tetapi imam tidak sedikitpun menanggung apa yang dia lupa dari salatnya, dan dia wajib melakukan apa-apa yang salat menjadi sah dengannya karena sesungguhnya dia hanya mengikuti bentuk yang zahir saja dan bukan secara hakikatnya, lalu ini tidak disyaratkan niat bermakmum dan salatnya tetap sah tanpa niat itu. Sesungguhnya orang yang melakukan hal ini, umumnya adalah orang yang mengetahui bahwa keadaan imam bisa merusak keabsahan salatnya dan dia khawatir akan memudaratkannya jika dia salat secara bersendirian dalam keadaan terpisah dari saf."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar