Selasa, 14 Juni 2016

Kenapa Memilih Masjid Nabawi Untuk I'tikaf Di Sepuluh Hari Akhir Ramadhan ?




Semoga terwujud bagi Anda yang telah memiliki niat untuk melakukan Ibadah Umroh di Tanah Suci pada Sepuluh Hari Akhir Ramadhan tahun ini.

Di Sepuluh Hari Akhir Ramadhan terdapat Lailatul Qodar bahkan pahala yang mengerjakan Ibadah Umroh di bulan Ramadhan seperti pahala mengerjakan Ibadah Haji bersama Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam.


فَإِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي ، فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً مَعِي

Jika datang bulan Ramadhan, lakukanlah umrah. Karena umrah di bulan Ramadhan, senilai haji bersamaku.

(Hadits Riwayat Bukhari 1782 dan Muslim 1256).

Keutamaan Masjidil Haram Dari Masjid Nabawi


Tidak diragukan lagi bahwa Masjidil Haram lebih utama dari pada Masjid Nabawi jika dilihat dari sisi pahala, sebagaimana disebutkan dalam Hadits Jabir Bin 'Abdillah Radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ

"Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik 1000 shalat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih baik 100.000 shalat di masjid lainnya."

(Hadits Riwayat Ahmad 3/343. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Sekali Shalat di Masjid Nabawi 1000 kali shalat sedang shalat di Masjidil Haram seperti 100.000 kali shalat, disisi Masjidil Haram terdapat padanya ibadah Thawaf yang tidak didapati dimasjid-masjid yang lain.


Banyaknya Gangguan Untuk I'tikaf Di Masjidil Haram


Akan tetapi Masjidil Haram sangat padat dari manusia terlebih pada hari-hari disunnahkannya I’tikaf Di Sepuluh Hari Akhir Ramadhan sehingga sulit untuk menjaga diri dari Ikhtilath (bercampur-baur) dengan para wanita dikarenakan banyaknya manusia yang keluar masuk masjid untuk melaksanakan Thawaf, Sa'I dan lain sebagainya.

Saya memilih Masjid Nabawi dengan alasan bisa lebih mendapatkan kekhusyuan karena tidak terlalu padatnya manusia dibanding dengan Masjidil Haram dan terpisahnya antara laki-laki dan perempuan.

Sehingga memudahkan untuk tidak Ikhlitath (bercampur baur) dan menundukkan pandangan disaat beri’tikaf.


Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Berserta Para Istri-istrinya Dan Para Shahabatnya Beri'tikaf Di Sepuluh Hari Akhir Ramadhan Di Masjid Nabawi


Disisi lain telah masyhur bahwasannya di Masjid Nabawi adalah tempat dimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, para istri-istrinya dan para shahabatnya beritikaf pada Sepuluh Hari Akhir Ramadhan.

Dan belum didapati riwayat shahabat beri’tikaf di Masjidil Haram kecuali didalam Hadits Umar Radhiyallahu 'anhu dalam Ash-Shahihain (Bukhori dan Muslim),

كُنْتُ نَذَرْتُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ أَنْ أَعْتَكِفَ لَيْلَةً فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ قَالَ :فَأَوْفِ بِنَذْرِكَ

"Aku pernah berrnadzar pada zaman jahiliyah untuk i’tikaf semalam di Masjidil Haram, maka Rasulullah berkata tunaikan nadzarmu".

Namun perlu dipahami tidak adanya riwayat bukan berarti tidak ada dan juga bukan berarti tidak sunnah karena terdapat dalil lain yang menunjukkan akan sunnahnya beri’tikaf dimasjid ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,

لاإعتكاف إلا في المساجد الثلاثة

"Tidak ada I’tikaf kecuali pada 3 masjid (Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid Al Aqsha)"

(Hadits Riwayat Al Baihaqi diShahihkan oleh Syaikh Al Bani).

Disisi lain di Masjid Nabawi terdapat tempat istimewa yang dikatakan sebagai Raudhoh (Taman Surga) Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

بين منبري وبيتي روضة من رياض الجنة

"Di antara mimbarku dan rumahku adalah taman dari aman-aman surga"

(Haidits Riwayat Muslim)

Alangkah indah dan nikmatnya ketika kita bisa beri’tikaf di Raudhoh, taman dari taman-taman surga.

Namun perlu diingat kembali, Masjidil Haram tetaplah masjid yang terbaik yang ada dimuka bumi ini, namun pada perkara I’tikaf  Di Sepuluh Hari Akhir Ramadhan, saya lebih memilih Masjid Nabawi berdasarkan alasan-alasan yang telah dikemukakan sebelumnya.

Semoga Allah Jalla Jallalu memudahkan kita untuk beri’tikaf di Sepuluh Akhir Ramadhan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi atau Masjidil Al Aqsha.


Komentar Beberapa Syaikh Mengenai Keutamaan I'tikaf Di Masjid Nabawi


Berikut komentar beberapa Syaikh ketika menjawab pertanyaan:

"Apakah I’tikaf di Masjidil Haram lebih Utama atau I’tikaf dimasjid Nabawi ?"

Syaikh Saroh Al Madini berkata:

في المسجد الحرام يصعب التحرز من مخالطة النساء والله المستعان وبسبب أداء العمرة يكون الناس في دخول وخروج ، أما المسجد النبوي فهو هادئ وأكثر روحانية ..

وأعرف الكثير من طلبة العلم يخرجون من مكة للمدينة لأجل الاعتكاف ..

"Di Masjidil Haram sulit untuk menjaga diri dari bercampur baur dengan para wanita dan hanya kepada Allahlah kita meminta pertolongon dikarenakan pelaksanaan Umroh yang menjadikan manusia keluar masuk (masjid), dan adapun Masjid Nabawi itu tenang dan lebih menjiwai (Khusyu')..

Dan aku mengenal banyak dari kalangan penuntut ilmu yang keluar dari Mekkah ke Madinah (Masjid Nabawi) untuk berti'kaf.."

Berkata Syaikh Muhammad 'Ibadi:

لكن لعل المسجد النبوي يكون أيسر فهو أقل ازدحامًا، وأكثر هدوءً.

"Akan tetapi sepertinya Masjid Nabawi lebih mudah (beri’tikaf) karena tidak terlalu padat dan tenang."
Berkata Syaikh Musa Al Ghanami:

لو خيرت لأخترت المسجد النبوي لما فيه من روحانية يعرفها من صلى ومكث فيه

"Seandainya aku diberi pilihan (untuk I’tikaf) niscaya akan memilih Masjid Nabawi karena padanya ada rasa penjiwaan (Khusyu’) bagi orang shalat dan berdiam didalamnya."


Wallahu a'lam bi showab wa barakallahu fiikum.




Artikel:
Ustadz Muhammad Wahyudi Abu Raffah

Sumber:
http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=147412

Tidak ada komentar:

Posting Komentar