Selasa, 14 Juni 2016

8 RAHASIA Keutamaan I'tikaf Di Sepuluh Hari Akhir Ramadhan




10 Hari Akhir Ramadhan merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh calon Tamu Allah atau jama'ah umroh untuk melakukan I'tikaf baik di Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi. Pengertian I'tikaf adalah berdiam di masjid dengan niat yang khusus untuk ketaatan kepada Allah.


Berkata Imam Az Zuhri:

( عجباً للمسلمين ! تركوا الاعتكاف ، مع أن النبي صلى الله عليه وسلم ، ما تركه منذ قدم المدينة حتى قبضه الله عز وجل

"Aku heran dengan orang-orang muslim, mereka meninggalkan I'tikaf padahal Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai Allah Azza Wa Jalla mewafatkannya"

Anda ingin mengetahui 8 RAHASIA Keutamaan I’tikaf Di Sepuluh Hari Akhir Ramadhan adalah sebagai berikut:

  1. Mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam

  2. عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - زَوْجِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ .

    Dari Aisyah istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melaksanakan I'tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan hingga beliau wafat. Kemudian istri-istri beliau melaksankan I’tikaf setelah itu.

    (Hadits Riwayat Al Bukhari dan Muslim)


  3. Mencari Malam Lailatul Qadr

  4. Telah masyhur keutamaan malam Lailatul Qadr berdasarkan dalil-dali dari Al Quran dan As Sunnah.

    Dan kapankah bisa kita dapatkan malam Lailatul Qadr itu?

    Dari Aisyah Radhiyallahu 'anhaa berkata,

    كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يُجَاوِرُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ، وَيَقُولُ « تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ » .

    Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melakukan I'tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Beliau bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh terakhir Ramadhan".

    (Hadits Riwayat Al Bukhari dan Muslim)


  5. Memperbaiki Hati

  6. Bahwasannya poros utama penggerak amal adalah hati, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

    ( ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله ، وإذا فسدت فسد الجسد كله ، ألا وهي القلب

    "ketahuilah bahwasanya didalam jasad (seseorang) ada segumpal daging, jika baik baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika buruk maka buruk pula seluruh jasadnya, ketahuilah segumpal daging itu adalah Hati"

    (Hadits Riwayat Mutafq 'alihi)

    Sesungguhnya yang merusak hati adalah segala hal hiburan-hiburan dan kesibukan-kesibukan yang memalingkan dari menghadirkan ketaatan hati kepada Allah seperti banyak makan, minum , banyak tidur, banyak pergaulan dan selainnya dari hal-hal yang dapat memecah belah perkara hati,

    Maka Allah Azza wa Jalla mensyariatkan I'tikaf dengan berpuasa dan shalat malam dan sebagainya dalam rangka untuk menjaga hati dari gejolak dan syahwat-syahwat tersebut sehingga menguatkan langkahnya didalam ketaatan kepada Allah Ta'alaa. Karena kerasnya gejolak syahwat bisa memalingkan seseorang dari mengingat akhirat kepada mengingat Dunia


  7. I'tikaf melatih untuk mengurangi dari banyak berbicara

  8. Karena banyak berbicara yang tidak berfaidah akan menjerumuskan seseorang kepada kebinasaan seperti Ghibah, Sum’ah, Fitnah dan sebagainya.

    Karena pada umumnya orang-orang yang beri’tikaf sibuk dengan dirinya sendirinya kepada Allah dengan Shalat, tilawah Al Quran, zikir dan sebagainya sehingga menguranginya dari bercengkrama dengan orang lain yang mengakibatkan banyak berbicara hal-hal yang tidak bermanfaat.


  9. Menjaga Kesempurnaan Puasa

  10. Dengan I'tikaf di masjid dan menyibukkan hal-hal yang bermanfaat seperti Shalat, menbaca Al Quran, zikir dan sebagainya dapat memudahkan kita untuk menjauhi hal-hal yang dapat mengurangi pahala puasa.


  11. Melatih Sifat Zuhud Dan Ubudiyyah(Penghambaan Diri) Kepada Allah

  12. Orang yang beri'tikaf dilatih untuk memahami maksud dan alasannya dia diciptakan yaitu untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana firman Allah Ta'alaa,

    وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون

    "Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepadaku"

    (Al Quran Surat Ad Dzariyaat :56)

    Yang dimana orang yang beri'tikaf telah menyerahkan dirinya dan waktunya sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah.

    Dia jadikan kesibukannnya hanya untuk Allah mencari keridhoan Allah, sehingga badannya, indranya dan waktunya sibuk hanya untuk mencari hal ini.


  13. Termaksud Orang Yang Diberi Naungan Pada Hari Kiamat

  14. Sebagaimana Sabda Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam

    سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله ، إمام عادل وشاب نشأ في عبادة الله ، ورجل قلبه معلق بالمساجد ،

    "Tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah Ta'ala pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu seorang lelaki yang hatinya selalu terpaut dengan mesjid."

    (Hadits Riwayat Bukhori dan Muslim)

    Orang yang beri'tikaf adalah bagian dari orang yang mencintai Masjid, karena dia mengetahui keutamaan Rumah Allah dan kecintaan ini adalah bernilai besar disisi Allah untuk memberikan nya Naungan pada hari kiamat.


  15. Shalawat Dan Permohonan Ampun Dari Malaikat

  16. Orang yang beri'tikaf di masjid ketika menunggu shalat maka dia mendapati pahala shalat dan para Malaikat mendoakan dan meminta ampun untuknya, sebagimana sabda Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,

    إن الملائكة تصلي على أحدكم ما دام في مصلاه ما لم يحدث : اللهم اغفر له ، اللهم ارحمه

    "Para Malaikat itu bershalawat kepada salah seorang dari kalian selama ia masih berada di tempatnya di mana ia shalat, selama ia belum berhadats; "Allohumaghfirlahu (Ya Allah, ampunilah ia), Allohumarhamhu (Ya Allah, rahmatilah ia)."

    (Hadits Riwayat Bukhori)

    Dan masih banyak keutamaan keutamaan lainnya yang tidak disebutkan disini, semoga Allah Azza Wa Jallaa menolong kita agar bisa besyukur dan agar baik beribadah kepada-Nya.

    Wallahu a'lam bi showab wa barakallahu fiikum.




    Artikel:
    Ustadz Muhammad Wahyudi Abu Raffah

    Sumber:
    Berbagai sumber.

Kenapa Memilih Masjid Nabawi Untuk I'tikaf Di Sepuluh Hari Akhir Ramadhan ?




Semoga terwujud bagi Anda yang telah memiliki niat untuk melakukan Ibadah Umroh di Tanah Suci pada Sepuluh Hari Akhir Ramadhan tahun ini.

Di Sepuluh Hari Akhir Ramadhan terdapat Lailatul Qodar bahkan pahala yang mengerjakan Ibadah Umroh di bulan Ramadhan seperti pahala mengerjakan Ibadah Haji bersama Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam.


فَإِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي ، فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً مَعِي

Jika datang bulan Ramadhan, lakukanlah umrah. Karena umrah di bulan Ramadhan, senilai haji bersamaku.

(Hadits Riwayat Bukhari 1782 dan Muslim 1256).

Keutamaan Masjidil Haram Dari Masjid Nabawi


Tidak diragukan lagi bahwa Masjidil Haram lebih utama dari pada Masjid Nabawi jika dilihat dari sisi pahala, sebagaimana disebutkan dalam Hadits Jabir Bin 'Abdillah Radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ

"Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik 1000 shalat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih baik 100.000 shalat di masjid lainnya."

(Hadits Riwayat Ahmad 3/343. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Sekali Shalat di Masjid Nabawi 1000 kali shalat sedang shalat di Masjidil Haram seperti 100.000 kali shalat, disisi Masjidil Haram terdapat padanya ibadah Thawaf yang tidak didapati dimasjid-masjid yang lain.


Banyaknya Gangguan Untuk I'tikaf Di Masjidil Haram


Akan tetapi Masjidil Haram sangat padat dari manusia terlebih pada hari-hari disunnahkannya I’tikaf Di Sepuluh Hari Akhir Ramadhan sehingga sulit untuk menjaga diri dari Ikhtilath (bercampur-baur) dengan para wanita dikarenakan banyaknya manusia yang keluar masuk masjid untuk melaksanakan Thawaf, Sa'I dan lain sebagainya.

Saya memilih Masjid Nabawi dengan alasan bisa lebih mendapatkan kekhusyuan karena tidak terlalu padatnya manusia dibanding dengan Masjidil Haram dan terpisahnya antara laki-laki dan perempuan.

Sehingga memudahkan untuk tidak Ikhlitath (bercampur baur) dan menundukkan pandangan disaat beri’tikaf.


Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Berserta Para Istri-istrinya Dan Para Shahabatnya Beri'tikaf Di Sepuluh Hari Akhir Ramadhan Di Masjid Nabawi


Disisi lain telah masyhur bahwasannya di Masjid Nabawi adalah tempat dimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, para istri-istrinya dan para shahabatnya beritikaf pada Sepuluh Hari Akhir Ramadhan.

Dan belum didapati riwayat shahabat beri’tikaf di Masjidil Haram kecuali didalam Hadits Umar Radhiyallahu 'anhu dalam Ash-Shahihain (Bukhori dan Muslim),

كُنْتُ نَذَرْتُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ أَنْ أَعْتَكِفَ لَيْلَةً فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ قَالَ :فَأَوْفِ بِنَذْرِكَ

"Aku pernah berrnadzar pada zaman jahiliyah untuk i’tikaf semalam di Masjidil Haram, maka Rasulullah berkata tunaikan nadzarmu".

Namun perlu dipahami tidak adanya riwayat bukan berarti tidak ada dan juga bukan berarti tidak sunnah karena terdapat dalil lain yang menunjukkan akan sunnahnya beri’tikaf dimasjid ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,

لاإعتكاف إلا في المساجد الثلاثة

"Tidak ada I’tikaf kecuali pada 3 masjid (Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid Al Aqsha)"

(Hadits Riwayat Al Baihaqi diShahihkan oleh Syaikh Al Bani).

Disisi lain di Masjid Nabawi terdapat tempat istimewa yang dikatakan sebagai Raudhoh (Taman Surga) Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

بين منبري وبيتي روضة من رياض الجنة

"Di antara mimbarku dan rumahku adalah taman dari aman-aman surga"

(Haidits Riwayat Muslim)

Alangkah indah dan nikmatnya ketika kita bisa beri’tikaf di Raudhoh, taman dari taman-taman surga.

Namun perlu diingat kembali, Masjidil Haram tetaplah masjid yang terbaik yang ada dimuka bumi ini, namun pada perkara I’tikaf  Di Sepuluh Hari Akhir Ramadhan, saya lebih memilih Masjid Nabawi berdasarkan alasan-alasan yang telah dikemukakan sebelumnya.

Semoga Allah Jalla Jallalu memudahkan kita untuk beri’tikaf di Sepuluh Akhir Ramadhan di Masjidil Haram, Masjid Nabawi atau Masjidil Al Aqsha.


Komentar Beberapa Syaikh Mengenai Keutamaan I'tikaf Di Masjid Nabawi


Berikut komentar beberapa Syaikh ketika menjawab pertanyaan:

"Apakah I’tikaf di Masjidil Haram lebih Utama atau I’tikaf dimasjid Nabawi ?"

Syaikh Saroh Al Madini berkata:

في المسجد الحرام يصعب التحرز من مخالطة النساء والله المستعان وبسبب أداء العمرة يكون الناس في دخول وخروج ، أما المسجد النبوي فهو هادئ وأكثر روحانية ..

وأعرف الكثير من طلبة العلم يخرجون من مكة للمدينة لأجل الاعتكاف ..

"Di Masjidil Haram sulit untuk menjaga diri dari bercampur baur dengan para wanita dan hanya kepada Allahlah kita meminta pertolongon dikarenakan pelaksanaan Umroh yang menjadikan manusia keluar masuk (masjid), dan adapun Masjid Nabawi itu tenang dan lebih menjiwai (Khusyu')..

Dan aku mengenal banyak dari kalangan penuntut ilmu yang keluar dari Mekkah ke Madinah (Masjid Nabawi) untuk berti'kaf.."

Berkata Syaikh Muhammad 'Ibadi:

لكن لعل المسجد النبوي يكون أيسر فهو أقل ازدحامًا، وأكثر هدوءً.

"Akan tetapi sepertinya Masjid Nabawi lebih mudah (beri’tikaf) karena tidak terlalu padat dan tenang."
Berkata Syaikh Musa Al Ghanami:

لو خيرت لأخترت المسجد النبوي لما فيه من روحانية يعرفها من صلى ومكث فيه

"Seandainya aku diberi pilihan (untuk I’tikaf) niscaya akan memilih Masjid Nabawi karena padanya ada rasa penjiwaan (Khusyu’) bagi orang shalat dan berdiam didalamnya."


Wallahu a'lam bi showab wa barakallahu fiikum.




Artikel:
Ustadz Muhammad Wahyudi Abu Raffah

Sumber:
http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=147412